This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Saturday, 18 January 2014

TRAUMA KEPALA RINGAN “ANAK JATUH”

Jatuh adalah satu kejadian yang sering terjadi pada anak baik di dalam maupun di luar rumah. Orangtua tentunya sangat khawatir akan akibat yang terjadi, banyak pertanyaan yang timbul pada saat orangtua mengetahui anaknya jatuh, terutama bila kepla terbentur lantai. Beberapa pertanyaan yang timbul adalah: apa yang harus orangtua lakukan, haruskah segera dibawa ke Rumah Sakit. apakah perlu di lakukan pemeriksaan CT Scan kepala, apa yang harus diperhatikan setelah jatuh, apakah akan berpengaruh di kemudian hari, bagaimanakah mencegah anak jatuh? Trauma kepala dengan luka di sekitar kepala, tidak selalu menimbulkan kegawatan. Sebaliknya benjolan di daerah samping kepala akibat jatuh ternyata dapat menimbulkan kegawatan. Oleh karenanya, diperlukan pengetahuan yang benar tentang trauma kepala ringan. Menurut American Academy of Pediatrics (1999) trauma kepala ringan didefinisikan sebagai trauma kepala dengan status mental dan neurologis pada pemeriksaan awal normal, dan tidak adanya fraktur tulang kepala pada pemeriksaan fisis. Pada keadaan ini dapat disertai kehilangan kesadaran < 1 menit, kejang singkat setelah trauma, muntah, sakit kepala dan lesu. Problem anak jatuh Tidak semua orangtua mengetahui apa yang harus dilakukan saat melihat anaknya jatuh. Sebenarnya informasi yang perlu diketahui tentang anak jatuh adalah: Posisi anak jatuh, bagian yang terbentur lantai: muka, kepala, atau bagian tubuh lainnya Apakah anak pingsan, berapa lama – Adakah benjolan di daerah kepala Adakah patah tulang: leher, bahu, lengan, atau tungkai Adakah sakit kepala atau muntah Untuk mengetahui akibat jatuh, orangtua seharusnya perlu melakukan pemeriksaan: Yakinkan apakah anak sadar atau tidak: panggil namanya, goyangkan badannya. Rabalah seluruh bagian kepalanya dengan sedikit penekanan, sehingga memastikan adakah benjolan (hematom), nyeri, atau “dekok” (fraktur kompresi) di kepala. Bila ubun-ubun belum menutup, rabalah ubun-ubun apakah membonjol atau tidak. Ubun-ubun membonjol tanda adanya peningkatan tekanan dalam otak, dapat terjadi karena edema otak atau perdarahan. Gerakkan kepala, dan tangan kakinya untuk memastikan tidak ada patah tulang leher, bahu, tulang belakang atau ekstremitas. Perhatikan dengan teliti: mata, kelopak mata, raut wajah atau senyumnya adakah perubahan?. Pastikan penglihatannya tidak terganggu. Pada anak jatuh terutama dengan kepala terbentur lantai, beberapa keadaan darurat dapat terjadi: Anak tidak sadar, dapat disebabkan perdarahan dalam rongga kepala (perdarahan epidural, subdural), atau akibat pembengkakan (edema) otak, terkenanya pusat kesadaran saat kepala terbentur. Benjolan (hematom) di kepala terutama bila terdapat di daerah samping kepala (temporal), karena fraktur/retak tulang di daerah tersebut dapat merobek pembuluh darah di dinding tulang kepala. Terbenturnya kepala bagian belakang (oksipital) dengan keras dapat menyebabkan pembengkakan otak sehingga penglihatan menjadi terganggu atau buta dalam beberapa hari. Terbenturnya bagian depan kepala (frontal) dapat menyebabkan hematom di pelipis awalnya. Kadang hematom ini akan turun sehingga kedua kelopak mata atas menjadi bengkak. Kekakuan di leher dapat disebabkan perdarahan subdural yang pada pemeriksaan funduskopi didapatkan papil edema atau perdarahan subhialoid. Keluar cairan atau darah dari hidung dan lubang telinga. Bawalah segera anak ke rumah sakit bila didapatkan kelainan di atas. Tetapi bila tidak, anak dapat diobsevasi di rumah. Pengawasan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan setiap 2 -3 jam perhari sampai 3 hari setelah anak jatuh. Selama observasi anak tidak diberikan obat muntah, karena dapat menghilangkan gejala muntah yang bertambah. Bawalah anak segera ke rumah sakit bila selama observasi didapatkan: Anak menjadi tidak sadar atau tidur terus. Anak menjadi delirium, bingung, dan iritabel. Kejang/kelumpuhan pada wajah atau ekstremitas. Sakit kepala atau muntah yang menetap atau semakin bertambah. Adanya kekakuan di leher. Timbul benjolan di kepala terutama pada daerah samping kepala (temporal). Di rumah sakit perlu dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala untuk melihat adakah fraktur tulang kepala atau perdarahan otak. Rontgen kepala saat ini tidak dianjurkan lagi. Pemeriksaan kepala dilakukan atas indikasi bila dicurigai adanya perdarahan otak dan tidak harus segera setelah jatuh. Ini disebabkan perdarahan otak dapat berlangsung sedikit demi sedikit. Anak yang mengalami perdarahan otak ringan umumnya tidak akan mengalami gangguan perkembangan di kemudian hari. Pencegahan Pencegahan sebaiknya dilakukan untuk menghindari anak jatuh atau terbentur kepalanya. Pencegahan dapat dilakukan: Pada bayi <6 bulan, apabila sudah dapat berguling, taruhlah kasur di samping tempat tidur. Bila bayi sudah dapat berdiri berikan pelindung di tempat tidurnya. Bila anak sudah dapat berlari awasi dengan ketat, jangan sampai menarik taplak meja atau pintu rak lemari. Hindari pemakaian baby walker tanpa pengawasan. Jangan biarkan air seni berserakan di lantai. Kakak jangan nakal terhadap adik, misalnya: main dorong dorongan Kesimpulan Dari uraian di atas, beberapa hal penting pada kedaruratan anak jatuh terutama bila kepala terbentur lantai: Lakukan tindakan pencegahan anak agar tidak jatuh. Periksalah dengan teliti bila anak jatuh, terutama bila kepala terbentur lantai. Observasi klinis anak jatuh di lakukan selama 3 hari setelah anak jatuh. Bawalah ke rumah sakit bila dicurigai adanya perdarahan otak. Pemeriksaan CT Scan kepala dilakukan sesuai indikasi, tidak selalu dilakukan segera setelah anak jatuh. Daftar Pustaka http://muslimpinang.wordpress.com/2008/02/22/trauma-kepala-ringan-anak-jatuh/ AAP. Pediatrics 1999;104:1407- 15. Palchak MJ. Am Emerg Med 2003;42:492- 506.

TIDUR MENCIPTAKAN BAYI CERDAS

Selain gizi dan banyaknya stimulus/rangsangan , ternyata kecerdasan bayi juga dipengaruhi dari tidurnya. Soalnya, terang Dr. H. Yul Iskandar, DAJ., MBAP., MASRS., Ph.D., sewaktu tidur, bayi bukan hanya sekadar memejamkan mata, “tapi juga mengolah stimulus yang diperoleh untuk disimpan dalam memorinya.” Dengan kata lain, susunan sarafnya bukan pasif, melainkan sedang giat-giatnya belajar. Disamping, pada masa tahun pertama, otak sedang dipacu perkembangannya, yang akan berhenti di usia 18 tahun. Itulah mengapa, jangka waktu tidur bayi juga lebih lama ketimbang orang dewasa. Coba, de! h, perhatikan. Ketika baru lahir, si kecil tidur hampir sepanjang hari. Sampai usia 3 bulanan, setiap 2 hingga 3 jam sekali ia tidur. “Semakin bertambah usia, jumlah tidurnya makin berkurang, namun waktu tidurnya tetap lebih lama bila dibandingkan dengan orang dewasa,” lanjut konsultan sebuah Lembaga Penelitian Kognitif di Jakarta ini. Hingga usia 6 tahun, misal, anak masih memerlukan tidur hingga 10-12 jam; sedangkan orang dewasa tidurnya boleh dibilang cuma 7 jam sehari. JENIS TIDUR Menurut teori, ada 2 jenis tidur, yaitu REMS (Rapid Eye Movement Sleep) dan NREMS (Non REMS). REMS adalah taraf tidur yang nyenyak sekali dengan gerakan bola mata sangat aktif. “Sebelumnya, REMS selalu dikaitkan dengan mimpi. Tapi setelah diteliti lebih jauh ternyata hal tersebut kurang tepat. Mimpi hanya istilah tingkah laku saja dari REMS, namun REMS belum tentu selalu berkaitan dengan mimpi,” terang Yul. Walaupun secara statistik memang terbukti lebih banyak terjadi mimpi pada REMS dibandingkan NREMS. Sedangkan NREMS atau disebut juga delta sleep adalah tidur yang dalam namun dengan bola mata tak bergerak. Dalam otak ada 4 jenis gelombang listrik, yaitu alfa, beta, teta, dan delta. Gelombang listrik alfa menunjukan seseorang sedang bangun, beta menunjukkan marah, teta sama dengan mengantuk, dan delta menunjukan tidur yang dalam. “Makanya, NREMS juga sering dikenal dengan tidur dalam,” ujar Direktur Medik dan Riset Rumah Sakit Dharma Graha ini. Sebagai contoh, bila si kecil lagi tidur dan ia susah sekali dibangunkan, berarti ia sedang di tengah-tengah tidur yang dalam. Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata 7 jam, kedua jenis tidur ini bergantian 4-6 kali. Pada bayi baru lahir hingga usia sekitar 3 bulanan, hampir 99 persen tidurnya dalam taraf REMS; sisanya yang 1 persen masuk dalam jenis NREMS. Namun persentasi ini akan berubah sedikit demi sedikit, sehingga pada usia 1 tahun, REMS-nya cuma mencapai 70 persen dan NREMS-nya 30 persen. Untuk memacu perkembangan kecerdasan bayi diperlukan kedua jenis tidur ini, karena masing-masing memiliki fungsi berbeda. REMS berfungsi psikologis, yaitu untuk perkembangan kognitif dan emosi; sedangkan NREMS berguna untuk fisik, yaitu perbaikan metabolisme tubuh. MEMASUKKAN DATA Otak manusia, ujar Yul, sudah jadi ketika lahir. Setelah digunakan seharian, pada malamnya otak harus diperbaiki atau diingatkan kembali dengan memasukkan sensasi sebagai suatu ingatan. Untuk mengingatkan susunan 2X2=4, misal, ada satu kolom yang dibikin dan tak akan hilang seumur hidup. “Nah, kolom ini dibuat sewaktu NREMS, sedangkan isinya pada waktu REMS.” Pada bayi, otaknya bisa diibaratkan sebuah komputer yang dapat menyimpan data dalam waktu lama. Stimulus-stimulus yang diperolehnya ketika bereksplorasi akan diolah pada saat ia tidur. Dibandingkan orang dewasa, lanjut Yul, lebih banyak hal yang harus dipelajari bayi. “Jadi, bayi sebenarnya bisa lebih stres ketimbang orang tuanya.” Bayangkan saja, setiap hari ia selalu melihat, mendengar, dan melakukan hal-hal baru. Misal, berapa banyak kata yang ia dapat setiap harinya; atau, ketika ia harus belajar berjalan. Walau kelihatannya gampang bagi orang yang sudah bisa berjalan, tapi sebenarnya ini sulit, lo, buat bayi. Apalagi dari semua makhluk hidup, hanya manusia yang bisa berjalan tegak sempurna. Itu sebabnya, untuk berjalan saja diperlukan jutaan sel yang bekerja sehingga dapat mengorganisir keseimbangan. “Bahkan, bayi baru lahir pun sudah harus banyak belajar.” Misal, ia harus mempelajari suhu di bawah 37 derajat adalah dingin, sedangkan yang di atas 37 derajat itu panas; atau, “Oh, yang sedang memanggil itu suara ibu. Kalau yang itu suara Bapak.”, dan sebagainya. “Nah, itu semua harus disimpan dalam memori. Penyimpanannya berlangsung sewaktu tidur REM.” Inilah yang disebut fungsi psikologis dalam hal perkembangan kognitif dari REMS. Bila terjadi penyimpangan dalam proses penyimpanan data, fungsi emosi dari REMS pun berperan. Seperti diketahui, otak terdiri dari sel-sel yang dinamakan neuron dan berbagai zat kimia. Neuron akan menghasilkan aliran listrik, sedangkan zat kimia berfungsi sebagai penghubung antara neuron yang satu dengan neuron yang lain. Jadi, antara listrik dan zat kimia akan mengalir secara bergantian. “Nah, bila ada suatu sensasi yang akan disimpan ke pusat otak namun dalam perjalanannya melalui saraf otak arahnya melenceng, maka disinilah emosi berperan.” Misal, ibu mencubit si kecil. Cubitan itu di otak bisa diartikan bermacam-macam; bisa marah atau malah sayang. Nah, bayi akan mempelajarinya karena setiap sensasi dia olah dan diberi warna. Misal, cubitan ibu terasa pelan sehingga enak, sedangkan cubitan ayah enggak enak karena terlalu keras. Itulah mengapa, bila ibu mencubit, si kecil mungkin akan tertawa; sebaliknya bila dicubit bapak, ia akan menangis. MENGHILANGKAN ZAT-ZAT BERACUN Semua sensasi, terang Yul, akan diolah dan dipelajari bayi dalam tidurnya. Misal, sensasi cubitan diberi satu kolom. Begitu juga sensasi dari ibu atau bapak, diberi satu kolom lagi. Hal yang sama juga dilakukan terhadap sensasi-sensasi lainnya semisal sensasi minum susu; bila saya minum susu dan saya ketemu ibu, maka sensasi minum susu diberi satu kolom dan sensasi ketemu ibu diberi satu kolom pula. “Dengan demikian, bayi akan berkesimpulan, kalau saya ketemu ibu maka saya akan mendapat susu.” Tapi dalam membuat kolom-kolom tersebut atau proses mengkaitkan dua rangsangan, “tak dibuat dalam satu hari, lho. Mungkin sebulan, setahun, atau bahkan lebih,” kata Yul seraya melanjutkan, “dan, dua rangsangan itu juga harus diberikan secara terus menerus.” Jadi, Bu-Pak, manfaatkanlah kesempatan ini. Misal, Anda berdua ingin si kecil cinta membaca. Setiap menjelang tidur, bacakanlah sebuah cerita/dongeng untuknya. Lama-kelamaan, bila melihat buku, ia akan merasa nikmat. Dari situlah si kecil akan mencintai buku. Akan halnya tidur NREM, karena fungsinya lebih untuk memperbaiki fisik bayi, maka sewaktu ia tidur, zat-zat yang beracun dalam tubuhnya dihilangkan. Zat-zat ini selalu ada dalam diri manusia karena adanya proses metabolisme. “Dengan tidur, bayi bisa mengoksidasi atau menghancurkan radikal bebas yang beracun menjadi tak beracun.” Untuk diketahui, radikal bebas ini kalau kebanyakan bisa menimbulkan kanker. “Biasanya terjadi pada orang dewasa karena tidur mereka, kan , makin berkurang sehingga radikal bebasnya makin banyak.” Tak demikian halnya pada bayi, hampir tak ada penyakit kanker atau jantung. Wah, kini kita jadi semakin paham, ya, Bu-Pak. Ternyata tidur bukan cuma merupakan kebutuhan biologis semata, tapi juga bermanfaat besar bagi perkembangan kecerdasan. Jadi, jangan sampai si kecil kekurangan tidur, lo. Selain fisiknya nanti enggak sehat, perkembangan kecerdasannya juga enggak bagus. “Otaknya tak berkembang dan ia pun akan sulit untuk belajar,” tandas Yul. AGAR TIDURNYA NYENYAK Biasanya ibu suka mengayun-ayun atau menepuk-nepuk lembut bokong bayi kala menidurkannya. Menurut Dr. Yul yang menyebut cara ini sebagai pemberian rangsangan monoton, dapat dilakukan agar bayi bisa cepat tidur nyenyak karena bayi amat menyukai rangsangan tersebut. Syarat lain yang harus dipenuhi ialah: 1. Kenyang. Tidur merupakan kegiatan SPP (susunan saraf pusat). Nah, salah satu yang mempengaruhi SPP adalah zat kimia yang diperoleh dari makanan. Jadi, kalau ingin si kecil bisa tidur nyenyak, salah satu syaratnya ialahnya makanan atau susu. Yang perlu diperhatikan, karena susu mengandung gula susu, maka bayi akan lebih sering BAK. Nah, ini, kan , bisa mengganggu kenyenyakan tidurnya. Padahal, syarat lain agar bayi tidur nyenyak adalah kering. 2. Kering. Sebagaimana telah disinggung dalam syarat pertama! , masalah yang paling mengganggu jam tidur bayi adalah basah karena BAK atau BAB. Soalnya, bayi seharusnya tidur sampai 4-5 jam. Kalau ia basah, bisa jadi tidurnya cuma 2 jam. Nah, ini, kan , tak baik karena mengakibatkan “waktu belajar”nya enggak tuntas. Jadi, Bu-Pak, sedapat mungkin bayi harus dalam keadaan kering ketika tidur, entah tidur malam maupun siang. Untuk mengatasinya, satu-satunya cara ialah segera mengganti popok atau celananya ketika ia BAK/BAB. 3. Hangat. Suhu dalam tubuh bayi adalah 37 derajat celcius. Jadi, usahakan suhu di ruangan atau kamar tidurnya mendekati suhu tubuhnya agar ia nyaman. Tapi karena Indonesia adalah negara tropis yang hangat, jadi kebanyakan tak ada masalah dengan suhu. Tentang posisi tidur, tak ada pengaruhnya dengan tidur nyenyak. Jadi, serahkan saja pada si bayi, mau tidur dengan posisi apa. Bila ia senang tengkurap, ia akan membalikkan badannya sendiri. Biarkanlah berjalan natural. Memang, beberapa ahli menganjurkan agar bayi tidur tengkurap, tapi posisi apapun sebenarnya bagus. Selama ia kenyang, kering, dan hangat, ia akan tidur untuk belajar dan memperbaiki metabolismenya. SIKLUS KEHIDUPAN BAYI BEDA DENGAN ORANG DEWASA Baik siang maupun malam, kualitas tidur bayi akan sama saja. Ia tetap bisa “belajar” ketika tidur siang maupun malam. Beda dengan orang dewasa, “jam tidur yang baik bagi mereka adalah pukul 10 malam hingga pukul 5 pagi,” terang Dr. Yul. Soalnya, siklus kehidupan antara bayi dan orang dewasa itu berbeda. “Siklus bayi dalam sehari adalah setiap 4 jam, sedangkan orang dewasa 24 jam. Siklus ini membuat irama kehidupan. Bagi orang dewasa, siang merupakan saat matanya harus mengawasi dunia dan malam saatnya beristirahat. ” BAYI TIDUR BERGERAK-GERAK Kalau bayi tidur bergerak-gerak apa itu tanda bahwa tidurnya tidak nyenyak? Ternyata menurut Yul tidak, karena tidur seperti juga manusia adalah unik. Jadi setiap orang bisa memiliki cara tidur yang berbeda-beda. ” Ada orang yang tidurnya muter-muter, ada juga yang diam saja. Tapi itu tidak jadi masalah. Kalau dilihat dari gelombang otak ketika tidur, gelombang otak manusia itu tidak datar saja tapi naik turun sesuai dengan zat kimia. Kalau zat kimianya sedang berkurang maka dia akan bergerak sedikit. Dan itu normal saja,” katanya. Sumber : http://muslimpinang.wordpress.com/2008/09/11/tidur-menciptakan-bayi-cerdas/

ASUHAN KEPERAWATAN APENDISITIS APLIKASI NANDA, NOC, NIC

Definisi
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10cm (4 inci), melekat pada sakum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cendrung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi.
Apendisitis adalah peradangan yang relative sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas. Acute appendicitis atau radang apendiks akut merupakan kasus infeksi intra abdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada Negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bilang dibandingkan dengan masyarakat desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat. Appendicitis dapat menyerang orang dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun, khususnya antara 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah 2 tahun. Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih sering dipengaruhi dari pada wanita dan remaja lebih sering dari pada orang dewasa.

B   Etiologi
Serangan peradangan usus buntu tidak selalu khas sebagaimana lazimnya. Yang khas, diawali dengan tidak enak perut, biasanya rasa tak enak perut di sekitar pusar.
Pada saat yang sama muncul demam ringan, disertai mual dan muntah-muntah. Mungkin diare, ada pula yang malah sembelit. Namun, yang pasti, nyeri tidak enak perut berlanjut, kendati sudah diredakan dengan obat.
Nyeri berkembang dari sekitar pusar, kemudian menyebar sampai ke perut kanan bawah. Tergantung posisi usus buntunya terhadap usus besar, rasa nyeri dan keluhan tak enak perut tidak selalu khas.
Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik begitu.
Pada kasus peradangan usus buntu yang spesifik, akan muncul nyeri tekan pada perut kanan bawah. Nyeri semakin memberat dari jam ke jam. Selain nyeri bila ditekan, nyeri juga muncul bila setelah ditekan lalu segera dilepas (nyeri lepas). Nyeri yang sama pada perut kanan bawah akan timbul bila ditekan pada perut kiri bawah. Selain itu otot-otot dinding perut teraba menegang.
C    Patofisiologi
Appendicitis dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi oleh fecalith, a gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus vermicularis), akan tetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh fecalith. Hasil observasi epidemiologi juga menyebutkan bahwa obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar. Pada fase awal appendicitis mukosa mengalami inflamasi terlebih dahulu.Kemudian inflamasi ini akan meluas ke lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan serosa. Terbentuk pula eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa dan menyebar ke dinding peritoneal terdekat, sehingga menyebabkan peritonitis. Pada fase ini glandula mukosa yang nekrosis masuk ke dalam lumen usus, sehingga menyebabkan terjadinya nanah atau pus di dalam lumen. Akhirnya, pembuluh-pembuluh kapiler yang mensuplai darah ke appendiks mengalami trombose dan appendiks yang infark tersebut menjadi nekrosis atau gangrenous. Setelah mengalami nekrosis, appendiks dapat mengalami perforasi, sehingga kandungan yang terdapat dalam lumen appendiks,seperti pus dapat menyebar di cavitas peritoneal dan menimbulkan peritonitis.
            Apendiks terinflamsi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat. Kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor maupun benda asing. Proses inflamasi ini meningkatkan tekanan intraluminal dapat menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar bebas secara progresif dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen, akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus. Akan lebih jelasnya dapat dilihat berdasarkan diagram berikut ini 
Manifestasi Klinis
a.       Nyeri difus yang timbul mendadak di daerah apigastrium atau periumbilikus
b.      Dalam beberapa jam, nyeri lebih terlokasi dan dapat dijelaskan sebagai nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah
c.       Nyeri tekan lepas (nyeri yang timbul sewaktu tekanan dihilangkan dari bagian yang sakit)
d.      Demam
e.       Leukosit meningkat (10.000 – 18.000/mm3)
f.       Mual dan muntah dan rasa ngilu
g.      Kurang nafsu makan
h.      konstipasi
Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apabila apendiks yang membengkak tersebut pecah. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awetan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri aatau nyeri abdomen secara kontinyu.

F.     Pemeriksaan Penunjang
Apabila setelah dipantau masih menimbulkan keraguan maka kita dapat melakukan pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis, seperti memeriksa urine secara mikroskopis, X-ray, full blood count, dan serum amylase, darah lengkap.
Penatalaksanaan
Pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah di tegakkan. Antibiotic dan cairan IV diberikan sampai pembedaha dilakukan. Analgesic dapat diberikan setelah diagnosa ditegagkan.            Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau sepinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1.      Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif
2.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique)
3.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan
4.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
5.   Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah
6.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake.
7.      Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)

I.       Tujuan yang ingin dicapai
1.      Berdasarkan diagnosa 1 :
     (Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria : tidak ada tanda-tanda infeksi, TTV dbn.
2.      Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique))
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu mnegontrol nyeri dengan criteria : Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, TTD dalam batas normal
3.      Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, deficit volume cairan teratasi dengan criteria : klien dapat bertambah baik dengan Saturasi oksigen dbn normal, RR dbn dalam respon aktivitas,TD Sistolik dbn dalam respon aktifitas, TD Diastolik dbn dalam respon aktifitas, ADL dapat dilakukan dengan mandiri, volume intake terpenuhi.

4.      Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, cemas pada klien berkurang dengan criteria : klien tidak merasakan kecemasan tentang penyakit yang dideritanya dengan mengontrol kecemasannya.
5.      Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien dapat memahami dan mengenal penyakit yang dideritanya dengan criteria : Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan serta perawatannya.
6.      Berdasarkan diagnosa 6 :
(Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake.)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam , klien dapat mencapai status nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria : Intake makanan dan cairan yang adekuat dengan ditandai BB dbn, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, intake nutrisi adekuat.
7.      .Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,nyeri pada klien berkurang, dengan criteria: Klein dapat  mengontrol nyeri, skala nyeri terjadi penurunan, mampu mengenali nyeri, TTD dalam batas normal.
  Intervensi keperawatan dan rasionalnya
Berdasarkan diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif)
Intervensi Keperawatan
Rasionalnya
ü  Obeservasi dan laporkan tanda-tanda infeksi
ü  Kaji teperatur tiap 4 jam

ü  Catat dan laporkan nilai laboratorium (AL, Protein Serum, Ab)
ü  Gunakan strategi untuk mencegah nosokomial
ü  Tingkatkan intake cairan

ü  Istirahat yang adekuat
ü  Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan.
ü  Gunakan standar precaution dan sarung tanggan selama kontak dengan darah, memberan mucosa, kulit yang tidfak utuh
ü  Ajarkan tehnik non farmakologi

ü  Efaluasi keefektifan control nyeri

ü  Kolaborasikan dengan dokter, jika nyeri mash belum berhasil
ü  Memantau adanya infeksi

ü  Perkembang infeksi masih dapat ditoleransi
ü  Dapat mengetahui adanya infeksi dan segera harus diatasi.
ü  Dugaan adanya infeksi

ü  Memperlancar proses pembentukan imunitas
ü  Mencepat proses penyembuhan
ü  Dugaan adanya infeksi

ü  Menurunkan resiko penyebaran bakteri.


ü  Menurunkan terjadinya keracunan obat obatan yang mengandung kimia
ü  Rasa nyaman terpenuhi dengan tidak nyeri
ü  Mengurangi rasa nyeri lebih dini sebelum menjadi kronis.



Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique))
Intervensi Keperawatan
Rasionalnya
Energi Manajemen :
ü  Observasi adanya pembatasan klien dalam beraktifitas.

ü  Dorong klien untuk mrngungkapkan perasaan terhadap keterbatasan.

ü  Monitor adanya kelelahan fisik emosi secara berlebihan

ü  Monitor pola dan lamanya tidur/istirahat klien

Activity therapy :
ü  Bantu klien untuk mngidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan.
ü  Bantu klien memilih aktifitas yang mampu untuk dilakukan.
ü  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang.
ü  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai.
ü  Monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual.

Ø  Aktifitas lebih bermanfaat dalam memberikan latihan gerak dengan tidak terlalu hiper aktif.
Ø  Mengetahui secara psikologis permasalahn dengan keterbatasan gerak.
Ø  Sehat secara psikologis dapaty meningkatkan semangat hidup dengan emosi tidak berlebihan.
Ø  Meningkatkan kekuatan otot untuk beraktifitas.


Ø  Mengurangi resiko terjadinya intoleransi ktifitas.
Ø  Menngkatkan aktifitas sesuai dengan keinginan klien.
Ø  Kebutuhan aktifitas lebih teratur dan terorganisir.
Ø  Pemenuhan aktifitas dapat terpenuhi sesuai dengan keinginan.
Ø  Mengurangi resiko kelelahan aktifitas.

Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan)
Intervensi Keperawatan
Rasionalnya
Fluid Managemen :
ü  Pertahankan intake dan out put yang akurat.
ü  Monitor sturasi hidrasi
ü  Monitor hasil lab yang sesuai retensi cairan (BUN, Hmt, Os urin)
ü  Kolaborasi pemberian cairan IV

ü  Berikan diuretic sesuai intruksi
ü  Dorong masukan oral
ü  Dorong keluarga untuk membantu klien makan.
ü  Tawarkan snak,(Jus buah, Buah segar)
ü  Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk.

Ø  Keseimbangan cairan dalam tubuh terpenuhi.
Ø  Menghindari terjadinya dehidrasi
Ø  Terpantau kadar BUN, Hmt, Os urin jika terjadi kelainan
Ø  Menghindari terjadinya kelebihan cairan
Ø  Menghindari kegagalan dalam pemenuhan cairan
Ø  Kebutuhan cairan dapat lebih menerima
Ø  Kebutuhn cairan terpenuhi

Ø  Menghindari lebih dini terjadinya keburukan dalam pemenuhan cairan.

Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Intervensi Keperawatan
Rasionalnya
ü  Tenangkan klien

ü  Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.
ü  Berusaha memahami klien
ü  Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.
ü  Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (tachycardia, tachypnia, ekpresi cemas dan verbal)
ü  Gunakan pendekatan dan sentuhan.

ü  Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut.
ü  Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan.

ü  Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas.
Ø  Dapat melaksanakan tidakan-tindakan dalam proses penyembuhan klien
Ø  Membantu menurunkan kecemasan agar klien menyadari tindakan yang harus dilakukan

Ø  Turut empati terhadap klien
Ø  Klien memahami kondisi yang dideritanya.
Ø  Membantu dalam memberikan terapi kecemasan sesui tingkat kecemasanya.

Ø  Meyakinkan klien agar dapat mudah dalam melkukan tindakan-tindakan
Ø  Mencegah terjadinya hal-hal yang merusak diri serta menigkatkan semangat hidup.
Ø  Membantu melepaskan beban sehingga klien dapat merasakan tidak terbebani.
Ø  Melatih klien untuk mengatisi kecemasan secara mandiri.

Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah)
Intervensi Keperawatan
Rasionalnya
Teaching : Dieases Process
ü  Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengarkan
ü  Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
ü  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan  klien tentang proses penyakit yang sfesifik
ü  Jelaskan fatofisiologi terjadinya.

ü  Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit dengan cara yang tepat
ü  Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit yang diderita klien

ü  Hindari jaminan yang kosong

ü  Diskusikan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan dating
ü  Diskusikan plihan terapi serta penaganannya
ü  Instruksikan klien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada perawat yang jaga.

Ø  Memudahkan klien dalam menerima informasi
Ø  Dapat menjelaskan informasi sesuai tingkat pengetahuan klien
Ø  Dapat melakukan pendidikan kesehatan seuai dengan tingkat pengetahuan klien
Ø  Klien memahami dan menilai hal-hal yang tidak boleh dilakukan.
Ø  Klien dapat mengidentifikasi terjadinya penyakit serta penagnana lebih dini
Ø  Klien lebih waspada terhadap factor-faktor penyebab terjadinya penyakit yang dialami.
Ø  Lebih meyakinkan dalam perawatanya.
Ø  Mengurangi resiko terjadinya kembali dalam lingkungan keluarganya sendiri.
Ø  Klien lebih nyaman dalam menerima terapi yang diberikan
Ø  Klien lebih mudah memahami tanda dan gejala yang diberikan oleh pendidik
Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)
Intervensi Keperawatan
Rasionalnya
Pain Managemen :
ü  Lakukan pengkajian nyeri secara konfrehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
ü  Observasi reaksi non verbal

ü  Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengetahuan nyri klien
ü  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

ü  Bantu klien dan keluarganya untuk mencari dukungan
ü  Control lingkungan yang mempengaruhi nyri ;suhu, ruangan, cahaya.
ü  Kurang factor pencetus nyeri

ü  Tingkatkan istirahat

ü  Ajarkan tehnik non farmakologi

ü  Evaluasi keefektifan control nyeri
ü  Kolaborasi dengan dokter jika masalah nyri belum teratasi.
Analgesik Managemen :
ü  Cek intruksi dokter tentang jenis, dosis, dan frekuensi obat.
ü  Kaji riwayat alergi

ü  Pilih rute pemberian secara IV & IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
ü  Mengontrol TTV sebelum dan sdsudah pemberian analgesic pertama kali
ü  Efaluasi keefektifan analgesic tanda dan gejala (efek samping)
Ø  Pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan, perubahan akan karakteristik menunjukkan terjadinya abses, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi
Ø  Kebutuhan rasa nyaman dapat terpenuhi.
Ø  Meyakinkan klien untuk mendapatkan perawatan yang intensif.
Ø  Bermanfaat dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
Ø  Meningkatkan psikologis dan motifasi keingin sembuhan
Ø  Menurunkan factor-faktor yang menmpengaruhi nyeri

Ø  Nyeri dapat diatasi sedini mungkin denan menemukan factor presipitari
Ø  Mencegah nyri dan meningkatkan penyembuhan.
Ø  Menurunkan terjadinya keracunan obat yang mengandung bahan kimia.
Ø  Rasa nyeri libuh dapat teratasi.
Ø  Menurunkan rasa nyeri sebelum terjadi nyeri kronis.

Ø  Mengurangi terjadinya  kebutuhan oabat lebih tepat pada indikasinya.
Ø  Mengurangi terjadinya gejala lain yang mingkin muncul
Ø  Proses mengatasi nyeri lebih cepat dan efisien
Ø  Mengurangi terjadinya adanya komplikasi serta alergi dan keefisien dalam pemberian obat.
Ø  Dapat mengkolaborasikan lebih lanjut tentang keefektifan pemberian analgesic.

K.    Daftar pustaka
 Elizabeth J. Corwin, 2001, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges,M E dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
Smeltzer, S.C, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Vol 2, EGC, Jakrta
Kristanti, A dkk, 2006, Materi kumpulan kuliah : Diagnosa Keperawatan Berdasarkan NANDA 2005-2006, NIC dan NOC, UGM, Yogyakarta
Alhadrami S, Selasa 16 Januari 2007Informasi PenyakitFaculty of medicine Gajah Mada University.http:\legasi.blogspot.com
Radang Usus Buntu Berkomplikasi : Usus Buntu, Antara Maut dan Biji Jambu Klutuk.www.KeluargaSehat.com
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-apendisitis-alikasi.html