Definisi
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil
panjangnya kira-kira 10cm (4 inci), melekat pada sakum tepat di bawah katup
ileosekal. Apendiks
berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena
pengosongan tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cendrung menjadi
tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi.
Apendisitis adalah
peradangan yang relative sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang
jelas. Acute appendicitis atau radang apendiks akut merupakan kasus infeksi
intra abdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada
Negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet
serat yang kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bilang dibandingkan dengan masyarakat desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat. Appendicitis dapat menyerang orang dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun, khususnya antara 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah
2 tahun. Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu
yang bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih sering dipengaruhi dari pada
wanita dan remaja lebih sering dari pada orang dewasa.
B Etiologi
Serangan peradangan usus
buntu tidak selalu khas sebagaimana lazimnya. Yang khas, diawali dengan tidak
enak perut, biasanya rasa tak enak perut di sekitar pusar.
Pada saat yang sama muncul demam ringan, disertai mual dan muntah-muntah. Mungkin diare, ada pula yang malah sembelit. Namun, yang pasti, nyeri tidak enak perut berlanjut, kendati sudah diredakan dengan obat.
Pada saat yang sama muncul demam ringan, disertai mual dan muntah-muntah. Mungkin diare, ada pula yang malah sembelit. Namun, yang pasti, nyeri tidak enak perut berlanjut, kendati sudah diredakan dengan obat.
Nyeri berkembang dari
sekitar pusar, kemudian menyebar sampai ke perut kanan bawah. Tergantung posisi
usus buntunya terhadap usus besar, rasa nyeri dan keluhan tak enak perut tidak
selalu khas.
Apabila ujung usus buntu
menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik
saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke
belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina.
Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik begitu.
Pada kasus peradangan usus buntu yang
spesifik, akan muncul nyeri tekan pada perut kanan bawah. Nyeri semakin
memberat dari jam ke jam. Selain nyeri bila ditekan, nyeri juga muncul bila
setelah ditekan lalu segera dilepas (nyeri lepas). Nyeri yang sama pada perut
kanan bawah akan timbul bila ditekan pada perut kiri bawah. Selain itu otot-otot dinding perut teraba
menegang.
C Patofisiologi
Appendicitis dapat terjadi karena berbagai
macam penyebab, antara lain obstruksi oleh fecalith, a gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus
vermicularis), akan tetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh fecalith. Hasil observasi
epidemiologi juga menyebutkan bahwa obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar. Pada fase awal
appendicitis mukosa mengalami inflamasi terlebih dahulu.Kemudian inflamasi ini
akan meluas ke lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan
serosa. Terbentuk pula eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa dan
menyebar ke dinding peritoneal terdekat, sehingga menyebabkan peritonitis. Pada
fase ini glandula mukosa yang nekrosis masuk ke dalam lumen usus, sehingga
menyebabkan terjadinya nanah atau pus di dalam lumen. Akhirnya,
pembuluh-pembuluh kapiler yang mensuplai darah ke appendiks mengalami trombose
dan appendiks yang infark tersebut menjadi nekrosis atau gangrenous. Setelah
mengalami nekrosis, appendiks dapat mengalami perforasi, sehingga kandungan
yang terdapat dalam lumen appendiks,seperti pus dapat menyebar di cavitas
peritoneal dan menimbulkan peritonitis.
Apendiks terinflamsi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat. Kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor maupun
benda asing. Proses inflamasi ini meningkatkan tekanan intraluminal dapat
menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar bebas secara progresif dalam
beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen, akhirnya
apendiks yang terinflamasi berisi pus. Akan lebih jelasnya dapat dilihat
berdasarkan diagram berikut ini
Manifestasi Klinis
a. Nyeri difus yang timbul
mendadak di daerah apigastrium atau periumbilikus
b. Dalam beberapa jam, nyeri
lebih terlokasi dan dapat dijelaskan sebagai nyeri tekan di daerah kuadran
kanan bawah
c. Nyeri tekan lepas (nyeri
yang timbul sewaktu tekanan dihilangkan dari bagian yang sakit)
d. Demam
e. Leukosit meningkat (10.000 – 18.000/mm3)
f. Mual dan muntah dan rasa
ngilu
g. Kurang nafsu makan
h. konstipasi
Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi
apendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apabila apendiks
yang membengkak tersebut pecah. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%.
Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi
24 jam setelah awetan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C
atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri aatau nyeri abdomen secara
kontinyu.
F. Pemeriksaan Penunjang
Apabila setelah dipantau masih menimbulkan
keraguan maka kita dapat melakukan pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis,
seperti memeriksa urine secara mikroskopis, X-ray, full blood count, dan serum
amylase, darah lengkap.
Penatalaksanaan
Pembedahan di indikasikan
bila diagnosa apendisitis telah di tegakkan. Antibiotic dan cairan IV diberikan
sampai pembedaha dilakukan. Analgesic dapat diberikan setelah diagnosa
ditegagkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin
untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi
umum atau sepinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi yang
merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Resiko infeksi berhubungan
dengan tindakan inpasif
2. Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique)
3. Defisit volume cairan
berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan
4. Cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit
5. Kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan
interpretasi terhadap informasi yang salah
6. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake.
7. Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri (Post OP)
I. Tujuan yang ingin dicapai
1. Berdasarkan diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan
inpasif)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria : tidak ada
tanda-tanda infeksi, TTV dbn.
2. Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique))
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien
mampu mnegontrol nyeri dengan criteria : Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang, TTD dalam batas normal
3. Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit
volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, deficit volume cairan teratasi dengan criteria : klien dapat
bertambah baik dengan Saturasi oksigen dbn normal, RR dbn dalam respon
aktivitas,TD Sistolik dbn dalam respon aktifitas, TD Diastolik dbn dalam respon
aktifitas, ADL dapat dilakukan dengan mandiri, volume intake terpenuhi.
4. Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam, cemas pada klien berkurang dengan criteria : klien tidak
merasakan kecemasan tentang penyakit yang dideritanya dengan mengontrol
kecemasannya.
5. Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan
dengan interpretasi terhadap informasi yang salah)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien
dapat memahami dan mengenal penyakit yang dideritanya dengan criteria : Klien
dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan serta
perawatannya.
6. Berdasarkan diagnosa 6 :
(Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake.)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam , klien dapat mencapai status nutrisi sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dengan kriteria : Intake makanan dan cairan yang adekuat dengan ditandai
BB dbn, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, intake nutrisi adekuat.
7. .Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,nyeri
pada klien berkurang, dengan criteria: Klein dapat mengontrol nyeri,
skala nyeri terjadi penurunan, mampu mengenali nyeri, TTD dalam batas normal.
Intervensi keperawatan dan rasionalnya
Berdasarkan diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan
inpasif)
Intervensi
Keperawatan
|
Rasionalnya
|
ü Obeservasi dan laporkan
tanda-tanda infeksi
ü Kaji teperatur tiap 4 jam
ü Catat dan laporkan
nilai laboratorium (AL, Protein Serum, Ab)
ü Gunakan strategi untuk mencegah nosokomial
ü Tingkatkan intake cairan
ü Istirahat yang adekuat
ü Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan perawatan.
ü Gunakan standar
precaution dan sarung tanggan selama kontak dengan darah, memberan mucosa,
kulit yang tidfak utuh
ü Ajarkan tehnik non farmakologi
ü Efaluasi keefektifan control nyeri
ü Kolaborasikan dengan
dokter, jika nyeri mash belum berhasil
|
ü Memantau adanya infeksi
ü Perkembang infeksi masih dapat ditoleransi
ü Dapat mengetahui adanya
infeksi dan segera harus diatasi.
ü Dugaan adanya infeksi
ü Memperlancar proses pembentukan imunitas
ü Mencepat proses penyembuhan
ü Dugaan adanya infeksi
ü Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
ü Menurunkan terjadinya
keracunan obat obatan yang mengandung kimia
ü Rasa nyaman terpenuhi
dengan tidak nyeri
ü Mengurangi rasa nyeri
lebih dini sebelum menjadi kronis.
|
Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelelahan menyeluruh (patique))
Intervensi
Keperawatan
|
Rasionalnya
|
Energi Manajemen :
ü Observasi adanya
pembatasan klien dalam beraktifitas.
ü Dorong klien untuk
mrngungkapkan perasaan terhadap keterbatasan.
ü Monitor adanya
kelelahan fisik emosi secara berlebihan
ü Monitor pola dan
lamanya tidur/istirahat klien
Activity therapy :
ü Bantu klien untuk
mngidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan.
ü Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu untuk dilakukan.
ü Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan diwaktu luang.
ü Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas yang disukai.
ü Monitor respon fisik, emosi, social, dan
spiritual.
|
Ø Aktifitas lebih
bermanfaat dalam memberikan latihan gerak dengan tidak terlalu hiper aktif.
Ø Mengetahui secara
psikologis permasalahn dengan keterbatasan gerak.
Ø Sehat secara psikologis
dapaty meningkatkan semangat hidup dengan emosi tidak berlebihan.
Ø Meningkatkan kekuatan
otot untuk beraktifitas.
Ø Mengurangi resiko
terjadinya intoleransi ktifitas.
Ø Menngkatkan aktifitas
sesuai dengan keinginan klien.
Ø Kebutuhan aktifitas
lebih teratur dan terorganisir.
Ø Pemenuhan aktifitas
dapat terpenuhi sesuai dengan keinginan.
Ø Mengurangi resiko kelelahan aktifitas.
|
Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan berhubungan dengan
kegagalan mekanisme pengaturan)
Intervensi
Keperawatan
|
Rasionalnya
|
Fluid Managemen :
ü Pertahankan intake dan out put yang akurat.
ü Monitor sturasi hidrasi
ü Monitor hasil lab yang
sesuai retensi cairan (BUN, Hmt, Os urin)
ü Kolaborasi pemberian cairan IV
ü Berikan diuretic sesuai intruksi
ü Dorong masukan oral
ü Dorong keluarga untuk
membantu klien makan.
ü Tawarkan snak,(Jus
buah, Buah segar)
ü Kolaborasi dengan
dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk.
|
Ø Keseimbangan cairan dalam tubuh terpenuhi.
Ø Menghindari terjadinya dehidrasi
Ø Terpantau kadar BUN,
Hmt, Os urin jika terjadi kelainan
Ø Menghindari terjadinya kelebihan cairan
Ø Menghindari kegagalan dalam pemenuhan cairan
Ø Kebutuhan cairan dapat lebih menerima
Ø Kebutuhn cairan terpenuhi
Ø Menghindari lebih dini
terjadinya keburukan dalam pemenuhan cairan.
|
Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit
Intervensi
Keperawatan
|
Rasionalnya
|
ü Tenangkan klien
ü Jelaskan seluruh
prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat
melakukan tindakan.
ü Berusaha memahami klien
ü Berikan informasi
tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.
ü Kaji tingkat kecemasan
dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (tachycardia, tachypnia, ekpresi
cemas dan verbal)
ü Gunakan pendekatan dan sentuhan.
ü Temani pasien untuk
mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut.
ü Sediakan aktivitas
untuk menurunkan ketegangan.
ü Bantu pasien
mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas.
|
Ø Dapat melaksanakan
tidakan-tindakan dalam proses penyembuhan klien
Ø Membantu menurunkan
kecemasan agar klien menyadari tindakan yang harus dilakukan
Ø Turut empati terhadap klien
Ø Klien memahami kondisi
yang dideritanya.
Ø Membantu dalam
memberikan terapi kecemasan sesui tingkat kecemasanya.
Ø Meyakinkan klien agar
dapat mudah dalam melkukan tindakan-tindakan
Ø Mencegah terjadinya
hal-hal yang merusak diri serta menigkatkan semangat hidup.
Ø Membantu melepaskan
beban sehingga klien dapat merasakan tidak terbebani.
Ø Melatih klien untuk
mengatisi kecemasan secara mandiri.
|
Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan interpretasi
terhadap informasi yang salah)
Intervensi
Keperawatan
|
Rasionalnya
|
Teaching : Dieases
Process
ü Mengobservasi kesiapan klien untuk
mendengarkan
ü Menentukan tingkat
pengetahuan klien sebelumnya.
ü Berikan penilaian
tentang tingkat pengetahuan klien tentang proses penyakit yang sfesifik
ü Jelaskan fatofisiologi terjadinya.
ü Gambarkan tanda dan
gejala yang bisa muncul pada penyakit dengan cara yang tepat
ü Identifikasi
kemungkinan penyebab penyakit yang diderita klien
ü Hindari jaminan yang kosong
ü Diskusikan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan dating
ü Diskusikan plihan terapi serta penaganannya
ü Instruksikan klien
mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada perawat yang jaga.
|
Ø Memudahkan klien dalam menerima informasi
Ø Dapat menjelaskan
informasi sesuai tingkat pengetahuan klien
Ø Dapat melakukan
pendidikan kesehatan seuai dengan tingkat pengetahuan klien
Ø Klien memahami dan
menilai hal-hal yang tidak boleh dilakukan.
Ø Klien dapat
mengidentifikasi terjadinya penyakit serta penagnana lebih dini
Ø Klien lebih waspada
terhadap factor-faktor penyebab terjadinya penyakit yang dialami.
Ø Lebih meyakinkan dalam perawatanya.
Ø Mengurangi resiko
terjadinya kembali dalam lingkungan keluarganya sendiri.
Ø Klien lebih nyaman
dalam menerima terapi yang diberikan
Ø Klien lebih mudah
memahami tanda dan gejala yang diberikan oleh pendidik
|
Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
(Post OP)
Intervensi
Keperawatan
|
Rasionalnya
|
Pain Managemen :
ü Lakukan pengkajian
nyeri secara konfrehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan factor presipitasi
ü Observasi reaksi non verbal
ü Gunakan tehnik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengetahuan nyri klien
ü Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
ü Bantu klien dan
keluarganya untuk mencari dukungan
ü Control lingkungan yang
mempengaruhi nyri ;suhu, ruangan, cahaya.
ü Kurang factor pencetus nyeri
ü Tingkatkan istirahat
ü Ajarkan tehnik non farmakologi
ü Evaluasi keefektifan control nyeri
ü Kolaborasi dengan
dokter jika masalah nyri belum teratasi.
Analgesik Managemen
:
ü Cek intruksi dokter
tentang jenis, dosis, dan frekuensi obat.
ü Kaji riwayat alergi
ü Pilih rute pemberian
secara IV & IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
ü Mengontrol TTV sebelum
dan sdsudah pemberian analgesic pertama kali
ü Efaluasi keefektifan
analgesic tanda dan gejala (efek samping)
|
Ø Pengawasan keefektifan
obat, kemajuan penyembuhan, perubahan akan karakteristik menunjukkan
terjadinya abses, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi
Ø Kebutuhan rasa nyaman
dapat terpenuhi.
Ø Meyakinkan klien untuk
mendapatkan perawatan yang intensif.
Ø Bermanfaat dalam
pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
Ø Meningkatkan psikologis
dan motifasi keingin sembuhan
Ø Menurunkan
factor-faktor yang menmpengaruhi nyeri
Ø Nyeri dapat diatasi
sedini mungkin denan menemukan factor presipitari
Ø Mencegah nyri dan
meningkatkan penyembuhan.
Ø Menurunkan terjadinya
keracunan obat yang mengandung bahan kimia.
Ø Rasa nyeri libuh dapat
teratasi.
Ø Menurunkan rasa nyeri
sebelum terjadi nyeri kronis.
Ø Mengurangi
terjadinya kebutuhan oabat lebih tepat pada indikasinya.
Ø Mengurangi terjadinya gejala lain yang
mingkin muncul
Ø Proses mengatasi nyeri
lebih cepat dan efisien
Ø Mengurangi terjadinya
adanya komplikasi serta alergi dan keefisien dalam pemberian obat.
Ø Dapat mengkolaborasikan
lebih lanjut tentang keefektifan pemberian analgesic.
|
K. Daftar pustaka
Elizabeth J. Corwin,
2001, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges,M E dkk, 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien, EGC, Jakarta
Smeltzer, S.C, 2002, Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Vol 2, EGC, Jakrta
Kristanti, A dkk, 2006, Materi kumpulan
kuliah : Diagnosa Keperawatan Berdasarkan NANDA 2005-2006, NIC dan NOC,
UGM, Yogyakarta
Alhadrami S, Selasa 16 Januari 2007, Informasi
Penyakit, Faculty of medicine Gajah Mada University.http:\legasi.blogspot.com
Radang Usus Buntu Berkomplikasi : Usus
Buntu, Antara Maut dan Biji Jambu Klutuk.www.KeluargaSehat.com
Rizki Kurniadi, http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-apendisitis-alikasi.html
0 komentar:
Post a Comment