This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, 22 March 2012

Resep Membersihkan Hati

Semalem habis dari ngaji bulanan di kotabumi tangerang, baru sampe rumah jam 1 malem… hujan… dingin…ngantuk…(sekali jalan 40km naek motor) Tapi sungguh kubersyukur, selalu ada kebahagiaan sepulang dari sana, ada kelegaan dan kepuasan dalam dada. Di majelis tadi malam, rasanya tak berlebihan kalau kubilang di situlah riyadlun min riyadlil jannah (taman dari taman sorga), suatu majlis yg di dalamnya kita diajak untuk mengenal siapa Allah kita, bagaimanakah seharusnya kita bertuhan, seharusnya kita berislam, seharusnya kita meneladani Rosulullah, bagaimana menjalani hidup… juga disertai dzikir dan munajat bersama, duh syahdunya… Betapa bulu kuduk sering berdiri, betapa air mata sering menetes, betapa hati ini selalu tergetar… semua diingatkan akan Allah, akan dosa-dosa, akan orang tua, anak, istri, dan akan bangsa ini. Ada satu hal yg ingin kubagi, pesan dari Bapak, begitu kumenyebut Guruku, yaitu resep membersihkan hati. Hati adalah penentu. Kata baginda Nabi dalam haditsnya disebutkan: “Dalam diri manusia ada segumpal daging, jika baik daging itu maka baik seluruh amalnya, jika buruk maka buruklah segala amal perbuatannya, maka itulah hati”. Hati yang bersih, hati yang lunak, akan mudah menyerap dan memantulkan kebaikan. Oleh karena itu mari kita selalu membersihkan hati kita. Caranya…: 1. Tilawatil Qur’an (Membaca Al-quran) Al-quran merupakan undang2 dan petunjuk/pedoman. 2. Dzikrullah (berdzikir, mengingat Allah) Di manapun, kapanpun, dan di waktu yang khusus. 3. Sholat Menyempurnakan yg wajib, memperbanyak yg sunnah. 4. Tawakkal Menyerahkan segala urusan kepadaNya, berusaha menjadikan diri dan hati merasa aman bersamaNya 5. Sholawat kepada baginda nabi Muhammad SAW Sebagai bukti kecintaan, mengharap syafaat. Mari berusaha membersihkan hati kita, semampu kita. Sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, terus dan terus menjadikannya lebih baik … tentu saja dengan pertolongan Allah. Setelah ada tekad yang kuat dari diri kita insyaAllah, Allah pasti memberikan jalan. Semoga bermanfaat, wallahu A’lam bishshowab.

Sabar dan Shalat, Sebuah Harmoni

Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS Al Baqarah [2]: 155). Shalatlah kamu sebagaimana kamu lihat aku shalat”. Demikian sabda Rasulullah SAW. Hadis ini menunjukkan betapa penting dan strategisnya peranan shalat bagi seorang Muslim, sampai detail gerakan dan bacaannya dicontohkan langsung oleh beliau. Sejatinya, shalat adalah ibadah paripurna yang memadukan olah pikir, olah gerak, dan olah rasa (sensibilitas). Ketiganya terpadu secara cantik dan selaras. Kontemplasi dan riyadhah yang terintegrasi sempurna, saling melengkapi dari dimensi perilaku/lisan (al bayan), respons motorik, rasionalitas (menempatkan diri secara proporsional), dan kepekaan terhadap jati diri–kepekaan dan kehalusan untuk merasakan cinta dan kasih sayang Allah SWT. Yang menarik, Alquran kerap menggandengkan ritual shalat dengan sikap sabar. Salah satunya dalam QS Al Baqarah [2] ayat 155, Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Mengapa Sabar dan Shalat? Secara etimologi, sabar (ash shabr) dapat diartikan dengan “menahan” (al habs). Dari sini sabar dimaknai sebagai upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridha Allah. Difirmankan, Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabb-nya (QS Ar Ra’d [13]:22), Sabar termasuk kata yang banyak disebutkan Alquran. Jumlahnya lebih dari seratus kali. Tidak mengherankan, karena sabar adalah poros sekaligus asas segala macam kemuliaan akhlak. Muhammad Al Khudhairi mengungkapkan bahwa saat kita menelusuri kebaikan serta keutamaan, maka kita akan menemukan bahwa sabar selalu menjadi asas dan landasannya. ‘Iffah [menjaga kesucian diri] misalnya, adalah bentuk kesabaran dalam menahan diri dari memperturutkan syahwat. Syukur adalah bentuk kesabaran untuk tidak mengingkari nikmat yang telah Allah karuniakan. Qana’ah [merasa cukup dengan apa yang ada] adalah sabar dengan menahan diri dari angan-angan dan keserakahan. Hilm [lemah-lembut] adalah kesabaran dalam menahan dan mengendalikan amarah. Pemaaf adalah sabar untuk tidak membalas dendam. Demikian pula akhlak-akhlak mulia lainnya. Semuanya saling berkaitan. Faktor-faktor pengukuh agama semuanya bersumbu pada kesabaran, hanya nama dan jenisnya saja yang berbeda. Cakupan sabar ternyata sangat luas. Tak heran jika sabar bernilai setengah keimanan. Sabar ini terbagi ke dalam tiga tingkatan. Pertama, sabar dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan, seperti musibah, bencana atau kesusahan. Kedua, sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat. Ketiga, sabar dalam menjalankan ketaatan. Tidak berputus asa saat menghadapi hal yang tidak mengenakan merupakan tingkat terendah dari kesabaran. Satu tingkat di atasnya adalah sabar untuk menjauhi maksiat serta sabar dalam berbuat taat. Mengapa demikian? Sabar menghadapi musibah sifatnya idhthirari alias tidak bisa dihindari. Pada saat ditimpa musibah, seseorang tdak memiliki pilihan kecuali menerima cobaan tersebut dengan sabar. Tidak sabar pun musibah tetap terjadi. Lain halnya dengan sabar menjauhi maksiat dan melaksanaan taat, keduanya bersifat ikhtiari atau bisa dihindari. Di sini manusia “berkuasa” melakukan pilihan, bisa melakukan bisa pula tidak. Biasanya ini lebih sulit. Secara psikologis kita bisa memaknai sabar sebagai sebuah kemampuan untuk menerima, mengolah, dan menyikapi kenyataan. Dengan kata lain, sabar adalah upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridha Allah. Difirmankan, Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabb-nya (QS Ar Ra’d [13]: 22). Jiwa yang Tenang Salah satu ciri orang sabar adalah mampu menempatkan diri dan bersikap optimal dalam setiap keadaan. Sabar bukanlah sebuah bentuk keputusasaan, melainkan optimisme yang terukur. Ketika menghadapi situasi di mana kita harus “marah” misalnya, maka marahlah secara bijak serta diniatkan untuk mendapatkan kebaikan bersama. Karena itu, mekanisme sabar dapat melembutkan hati, menghantarkan sebuah kemenangan yang manis atas dorongan syaithaniyah untuk menuruti ketidakseimbangan pemuasan hawa nafsu. Dalam shalat dan sabar terintegrasi proses latihan yang meletakkan kendali diri secara proporsional, mulai dari gerakan (kecerdasan motorik), inderawi (kecerdasan sensibilitas), aql, dan pengelolaan nafs menjadi motivasi yang bersifat muthma’innah. Jiwa muthma’innah atau jiwa yang tenang inilah yang akan memiliki karakteristik malakut untuk mengekspresikan nilai-nilai kebenaran absolut. Hai jiwa yang tenang (nafs yang muthmainah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang bening dalam ridha-Nya(QS Al Fajr [89]: 27-28). Orang-orang yang memiliki jiwa muthma’innah akan mampu mengaplikasikan nilai-nilai shalat dalam kesehariannya. Sebuah nilai yang didominasi kesabaran paripurna. Praktiknya tercermin dari sikap penuh syukur, pemaaf, lemah lembut, penyayang, tawakal, merasa cukup dengan yang ada, pandai menjaga kesucian diri, serta konsisten. Tak heran bila Rasulullah SAW dan para sahabat menjadikan shalat sebagai istirahat, sebagai sarana pembelajaran, pembangkit energi, sumber kekuatan, dan pemandu meraih kemenangan. Ketika mendapat rezeki berlimpah, shalatlah ungkapan kesyukurannya. Ketika beban hidup semakin berat, shalatlah yang meringankannya. Ketika rasa cemas membelenggu, shalatlah pelepasannya. Khubaib bin Adi dapat kita jadikan teladan. Saat menghadapi dieksekusi mati di tiang gantungan, Abu Sufyan memberinya kesempatan untuk mengatakan keinginan terakhirnya. Apa yang ia minta? Khubaib minta shalat. Permintaan itu dikabulkan. Dengan khusyuk ia shalat dua rakaat. “Andai saja aku tidak ingin dianggap takut dan mengulur-ulur waktu, niscaya akan kuperpanjang lagi shalatku ini!” ungkap Khubaib saat itu. Ya, shalat yang baik akan menghasilkan kemampuan bersabar. Sebaliknya kesabaran yang baik akan menghasilkan shalat yang berkualitas. Ciri shalat berkualitas adalah terjadinya dialog dengan Allah sehingga melahirkan ketenangan dan kedamaian di hati. Komunikasi dengan Allah tidak didasari “titipan” kepentingan. Dengan terbebas dari gangguan “kepentingan” tersebut, insya Allah shalat kita akan mencapai derajat komunikasi tertinggi. Siapa pun yang mampu merasakan nikmatnya berdialog dengan Allah SWT, hingga berbuah pengalaman spiritual yang dalam, niscaya ia tidak akan sekali melalaikan shalat. Ia rela kehilangan apa pun, asal tidak kehilangan shalat. Jika sudah demikian, pertolongan Allah pasti akan datang. Wallaahu a’lam _________ Sumber : Republika Online

Atur Posisi Bantal agar Makin Lelap

KOMPAS.com — Pernah merasa nyeri di leher, punggung, dan bahu saat bangun pagi? Jika iya, maka coba perbaiki posisi tidur dan tata letak bantal kita. Rasa letih setelah seharian kerja membuat kita ingin langsung merebahkan diri di atas kasur dan segera tidur. Namun, yang terjadi keesokan harinya malah badan terasa nyeri semua. Jangan langsung menyalahkan kualitas tidur kita saja, tapi periksalah posisi tidur dan bantal kita terlebih dahulu. Posisi tidur yang benar adalah kunci untuk bisa bangun segara pada pagi hari tanpa rasa nyeri atau sakit. Hal ini disampaikan Dawn Underwood, DPT, OCS, ahli terapi fisik dari Mayo Clinic. Untuk yang tidur menyamping, letakkan bantal di kepala dan di antara kedua lutut. Bila perlu, maka tambahkan gulungan handuk di bawah pinggang. Cara ini akan membantu meredakan ketegangan pada sendi tulang belakang dan mempertahankan kontur normal tulang. Untuk yang tidur telentang, pertahankan kontur normal tulang belakang dan buat lutut kita lebih nyaman dengan cara menaruh bantal di kepala dan di bawah lutut kita. Tambahkan juga gulungan handuk pada punggung bagian bawah jika perlu. Untuk yang tidur telungkup, taruh bantal di bawah panggul kita dan bila perlu tambahkan gulungan handuk di pergelangan kaki atau dekat mata kaki. Metode ini sangat baik untuk meredam rasa sakit bagi orang yang mengalami pembengkakan pada bantalan tulang belakang. Untuk yang tidur berubah-ubah, tingkatkan kesehatan kontur tulang belakang kita seoptimal mungkin dengan cara memperbaiki posisi bantal yang disesuaikan dengan posisi awal tidur setiap kali kita terjaga. Tips: Kita cukup menggunakan satu bantal saja untuk menyangga kepala dan leher. Untuk orang yang memiliki kebiasaan tidur telungkup, hindarilah menyangga kepala dengan bantal. Kondisi ini akan membuat tulang belakang menjadi tegang. (Astrid Anastasia/Prevention Indonesia)

Rahasia Ubun-ubun dalam Alquran

Posted by: admin Gambar otak manusia bagian depan yang disebut Allah dalam Al Qur’an Al Karim dengan kata nashiyah (ubun-ubun). Al-Qur’an menyifati kata nashiyah dengan kata kadzibah khathi’ah (berdusta lagi durhaka). Allah berfirman, “(Yaitu) ubun-ubun yang mendustakan lagi durhaka.” (Al-‘Alaq: 16) Bagaimana mungkin ubun-ubun disebut berdusta sedangkan ia tidak berbicara? Dan bagaimana mungkin ia disebut durhaka sedangkan ia tidak berbuat salah? Prof. Muhammad Yusuf Sakr memaparkan bahwa tugas bagian otak yang ada di ubun-ubun manusia adalah mengarahkan perilaku seseorang. “Kalau orang mau berbohong, maka keputusan diambil di frontal lobe yang bertepatan dengan dahi dan ubun-ubunnya. Begitu juga, kalau ia mau berbuat salah, maka keputusan juga terjadi di ubun-ubun.” Kemudian ia memaparkan masalah ini menurut beberapa pakar ahli. Di antaranya adalah Prof. Keith L More yang menegaskan bahwa ubun-ubun merupakan penanggungjawab atas pertimbangan-pertimbangan tertinggi dan pengarah perilaku manusia. Sementara organ tubuh hanyalah prajurit yang melaksanakan keputusan-keputusan yang diambil di ubun-ubun. Karena itu, undang-undang di sebagian negara bagian Amerika Serikat menetapkan sanksi gembong penjahat yang merepotkan kepolisian dengan mengangkat bagian depan dari otak (ubun-ubun) karena merupakan pusat kendali dan instruksi, agar penjahat tersebut menjadi seperti anak kecil penurut yang menerima perintah dari siapa saja. Dengan mempelajari susunan organ bagian atas dahi, maka ditemukan bahwa ia terdiri dari salah satu tulang tengkorak yang disebut frontal bone. Tugas tulang ini adalah melindungi salah satu cuping otak yang disebut frontal lobe. Di dalamnya terdapat sejumlah pusat neorotis yang berbeda dari segi tempat dan fungsinya. Lapisan depan merupakan bagian terbesar dari frontal lobe, dan tugasnya terkait dengan pembentukan kepribadian individu. Ia dianggap sebagai pusat tertinggi di antara pusat-pusat konsentrasi, berpikir, dan memori. Ia memainkan peran yang terstruktur bagi kedalaman sensasi individu, dan ia memiliki pengaruh dalam menentukan inisiasi dan kognisi. Lapisan ini berada tepat di belakang dahi. Maksudnya, ia bersembunyi di dalam ubun-ubun. Dengan demikian, lapisan depan itulah yang mengarahkan sebagian tindakan manusia yang menunjukkan kepribadiannya seperti kejujuran dan kebohongan, kebenaran dan kesalahan, dan seterusnya. Bagian inilah yang membedakan di antara sifat-sifat tersebut, dan juga memotivasi seseorang untuk bernisiatif melakukan kebaikan atau kejahatan. Ketika Prof. Keith L Moore melansir penelitian bersama kami seputar mukjizat ilmiah dalam ubun-ubun pada semintar internasional di Kairo, ia tidak hanya berbicara tentang fungsi frontal lobe dalam otak (ubun-ubun) manusia. Bahkan, pembicaraan merembet kepada fungsi ubun-ubun pada otak hewan dengan berbagai jenis. Ia menunjukkan beberapa gambar frontal lobe sejumlah hewan seraya menyatakan, “Penelitian komparatif terhadap anatomi manusia dan hewan menunjukkan kesamaan fungsi ubun-ubun. Ternyata, ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan pengarauh pada manusia, sekaligus pada hewan yang memiliki otak. Seketika itu, pernyataan Prof. Keith mengingatkan saya tentang firman Allah, “Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 56) Beberapa hadits Nabi SAW yang bericara tentang ubun-ubun, seperti doa Nabi SAW, “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu dan anak hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu…” Juga seperti doa Nabi SAW, “Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan setiap sesuatu yang Engkau pegang ubun-ubunnya…” Juga seperti sabda Nabi SAW, “Kuda itu diikatkan kebaikan pada ubun-ubunnya hingga hari Kiamat.” Apabila kita menyandingkan makna nash-nash di atas, maka kita menyimpulkan bahwa ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan pengendali perilaku manusia, dan juga perilaku hewan. Makna Bahasa dan Pendapat Para Mufasir: Allah berfirman, yang artinya : “Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang berdusta lagi durhaka.” (Al-‘Alaq: 15-16) Kata nasfa’ berarti memegang dan menarik. Sebuah pendapat mengatakan bahwa kata ini terambil dari kalimat safa’at asy-syamsu yang berarti matahari mengubah wajahnya menjadi hitam. Sementara kata nashiyah berarti bagian depan kepala atau ubun-ubun. Mayoritas mufasir menakwili ayat bahwa sifat bohong dan durhaka itu bukan untuk ubun-ubun, melainkan untuk empunya. Sementara ulama selebihnya membiarkannya tanpa takwil, seperti al-Hafizh Ibnu Katsir. Dari pendapat para mufasir tersebut, jelas bahwa mereka tidak tahu ubun-ubun sebagai pusat pengambilan keputusan untuk berbuat bohong dan durhaka. Hal itu yang mendorong mereka untuk menakwilinya secara jauh dari makna tekstual. Jadi, mereka menakwili shifat dan maushuf (yang disifati) dalam firman Allah, “Ubun-ubun yang dusta lagi durhaka” itu sebagai mudhaf dan mudhaf ilaih. Padahal perbedaan dari segi segi bahasa antara shifat dan maushuf dengan mudhaf dan mudhaf ilaih itu sangat jelas. Sementara mufasir lain membiarka nash tersebut tanpa memaksakan diri untuk memasuki hal-hal yang belum terjangkau oleh pengetahuan mereka pada waktu itu. Sisi-Sisi Mukjizat Ilmiah: Prof. Keith L Moore mengajukan argumen atas mukjizat ilmiah ini dengan mengatakan, “Informasi-informasi yang kita ketahui tentang fungsi otak itu sebelum pernah disebutkan sepanjang sejarah, dan kita tidak menemukannya sama sekali dalam buku-buku kedokteran. Seandainya kita mengumpulkan semua buku pengobatan di masa Nabi SAW dan beberapa abad sesudahnya, maka kita tidak menemukan keterangan apapun tentang fungsi frontal lobe atau ubun-ubun. Pembicaraan tentangnya tidak ada kecuali dalam kitab ini (al-Qur’an al-Karim). Hal itu menunjukkan bahwa ini adalah ilmu Allah yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu, dan membuktikan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah. Pengetahuan tentang fungsi frontal lobe dimulai pada tahun 1842, yaitu ketika salah seorang pekerja di Amerika tertusuk ubun-ubunnya stik, lalu hal tersebut memengaruhi perilakunya, tetapi tidak membahayakan fungsi tubuh yang lain. Dari sini para dokter mulai mengetahui fungsi frontal lobe dan hubungannya dengan perilaku seseorang. Para dokter sebelum itu meyakini bahwa bagian dari otak manusia ini adalah area bisu yang tidak memiliki fungsi. Lalu, siapa yang Muhammad SAW bahwa bagian dari otak ini merupakan pusat kontrol manusia dan hewan, dan bahwa ia adalah sumber kebohongan dan kesalahan. Para mufasir besar terpaksa menakwili nash yang jelas bagi mereka ini karena mereka belum memahami rahasianya, dengan tujuan untuk melindungi Al Qur’an dari pendustaan manusia yang jahil terhadap hakikat ini di sepanjang zaman yang lalu. Sementara kita melihat masalah ini sangat jelas di dalam Kita Allah dan Sunnah Rasulullah SAW, bahwa ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan pengarah dalam diri orang dan hewan. Jadi, siapa yang memberitahu Muhammad SAW di antara seluruh umat di bumi ini tentang rahasia dan hakikat tersebut? Itulah pengetahuan Allah yang tidak datang kepadanya kebatilan dari arah depan dan belakangnya, dan itu merupakan bukti dari Allah bahwa Al Qur’an itu berasal dari sisi-Nya, karena ia diturunkan dengan pengetahuan-Nya. Oleh Syaikh Zindani dari eramuslim.com

Membaca Kepribadian Seseorang Lewat Tulisan (Grafologi)

Grafologi adalah ilmu yang mempelajari karakter seseorang dengan cara menganalisa tulisan tangannya. Buku pertama tentang Grafologi ditulis oleh Camillo Baldi, seorang dokter asal Italia pada tahun 1622. tahun 1872, Jean Michon menerbitkan bukunya yang menjadi buku pokok grafologi pada saat itu. tak lama kemudian, universitas-universitas di eropa memberi gelar Ph.D atau Master di bidang ini. Dua metode untuk menilai karakter dan kepribadian lewat ilmu ini : 1. Teknik Jerman Melihat secara keseluruhan tulisan seseorang 2. Teknik Perancis Menganalisa per huruf lalu digabungkan. Seorang pemula biasanya mempelajari teknik ini terlebih dahulu Menurut riset, keakuratan analisa grafologi mencapai 80-90% Beberapa sifat yang bisa dilihat lewat tulisan seseorang : 1. Arah kemiringan huruf Ke kanan = ekspresif, emosional Tegak = menahan diri, emosi sedang Ke kiri = menutup diri Kesegala arah dalam 1 kalimat = tidak konsisten Kesegala arah dalam 1 kata = ada masalah dengan kepribadiannya 2. Bentuk umum huruf-huruf Bulat atau melingkar = alami, easygoing Bersudut tajam = agresif, to the point, energi kuat Bujur sangkar - realistis, praktek berdasar pengalaman Coretan tak beraturan = artistik, tidak punya standar 3. Huruf-huruf bersambung atau tidak Bersambung seluruhnya = sosial, suka bicara dan bertemu dengan orang banyak Bersambung sebagian = pemalu, idealis yang agak sulit membina hubungan Lepas seluruhnya = berfikir sebelum bertindak, cerdas, seksama 4. Spasi antar kata Berjarak tegas = suka bicara (mungkin orang yang selalu sibuk) Rapat/seolah tidak berjarak = tidak sabaran, percaya diri dan cepat bertindak 5. Jarak vertikal antar baris tulisan Sangat jauh = terisolasi, menutup diri, bahkan mungkin anti sosial Cukup beerjarak sehingga huruf di baris atas tidak bersentuhan dengan baris di bawahnya = boros, suka bicara Jarak rapat sehingga ujung bawah huruf 'y', 'g', menyentuh ujung atas huruf 'h', 't' = organisator yang baik 6. Unterpretasi huruf 't' Letak palang (-) pada kail 't' - Cenderung ke kiri = pribadi waspada, tidak mudah percaya - Tepat di tengah = pribadi yang kurang orisinil tapi sangat bertanggung jawab - Cenderung ke kanan = pribadi handal, teliti, mampu memimpin Panjang kail 't' menunjukkan kemampuan potensial untuk mencapai target. Tinggi rendah palang (-) pada kail 't' - Rendah = setting target lebih rendah dari kemampuan sebenarnya (kurang PD atau pemalas) - Tinggi = setting target tinggi tapi juga diimbangi oleh kemampuan - Di atas kail = setting target lebih tinggi dibanding kemampuan 7. Arah tulisan pada kertas Naik/menanjak = energik, optimis, tegas Tetap/lurus = perfeksionis, sulit bergaul Turun = seorang yang tertekan atau lelah, kemungkinan menutup diri 8. Tekanan saat menulis makin kuat tekanan, makin besar intensitas emosional penulisnya 9. Ukuran huruf Makin kecil huruf yang ditulis, makin besar tingkat konsentrasi si penulis, begitu pula sebaliknya. 10. Sedikit tentang huruf "O" - Adanya rahasia ditunjukan oleh longkaran kecil pada huruf "O" - Kebohongan ditunjukan oleh lingkaran huruf "O" yang mengarah ke kanan

NILAI MATAKULIAH SIK


NO.
NIM
NAMA MAHASISWA
NILAI
1
2010.001
ADE AMBARWATI S

2
2010.002
AKSA LIKU LEMBANG
E
3
2010.003
AMALIA DWI HAPSARI

4
2010.004
ASTUTI ZAINUDDIN
T
5
2010.005
ASWADI SAPARUDDIN
A
6
2010.006
ASWAR ANAS
A
7
2010.007
DEWA GEDE EKA S.
A
8
2010.008
EDI SANTOSO
T
9
2010.009
FATIMAH
E
10
2010.010
FITRIYANTI
A
11
2010.011
HASNA ASYARI
A
12
2010.012
HERAWATY
B
13
2010.013
HUSAIN
E
14
2010.014
I GEDE ADI PRATAMA
A
15
2010.015
IRAWATI
A
16
2010.016
ISMARIANTI
A
17
2010.017
JESY HARIANI
B
18
2010.018
KARLINA RUSTAM
B
19
2010.019
LINDA
B
20
2010.020
MARWA MASYHUR

21
2010.021
MARYUNI BACHTIAR
B
22
2010.022
MURNI
A
23
2010.023
NENENG YULIANI
B
24
2010.024
NURHAEMI
A
25
2010.025
NURHIDAYA
E
26
2010.026
NURLELA
A
27
2010.027
NURMIN L
E
28
2010.028
OKTAVIN SALIM
E
29
2010.029
RAFLI KAMARUDDIN
T
30
2010.030
RANNA
T
31
2010.031
RESKI AMALIA
T
32
2010.032
RESKI NOVIANTI SABIR

33
2010.033
RINI TAHIR
B
34
2010.034
RISKA .M
T
35
2010.035
RISKA HASDIN
E
36
2010.036
ROSALIANUS SUGENG PRATAMA

37
2010.037
RUBIA YASMIN
T
38
2010.038
SAHRIAL
A
39
2010.039
SERNYTHA PAALLO
B
40
2010.040
SRI HAMDINI BASRI
A
41
2010.041
WAHYUNI
A
42
2010.042
WINDRIANI SABUA
B
43
2010.043
YORI CLARET OCTANITA. 
T
44
2010.044
YUYU YULIANTI
T
45

IRWANDI S.
E
46
2010.045
ANI ANJANI
T
47
2010.046
ASNI
B
48
2010.047
AYU ANDIRA PN
A
49
2010.048
CATRI PUTRI
E
50
2010.049
CITRA SARI
E
51
2010.050
DAVID TARUK S
T
52
2010.051
DESI RANNU .S
E
53
2010.052
DIAN PURNAMA
A
54
2010.053
EVILIANA YERTAS
E
55
2010.054
HARDIANTI ANWAR
E
56
2010.055
HASLINDA
E
57
2010.056
HASMIATI
E
58
2010.057
HASNI VERAWATI
B
59
2010.058
HASNIATI
B
60
2010.059
HESTI AYU LESTARI
E
61
2010.060
IRAWATI
B
62
2010.061
IRMAYANTI
B
63
2010.062
JUDIANTO PAWINDU
B
64
2010.063
KASNUR
B
65
2010.064
LIN
B
66
2010.065
MAQFIR
T
67
2010.066
MARLINAH
E
68
2010.067
MAULIVITASARI RAMLI
A
69
2010.068
MAYA
T
70
2010.069
MERSI
T
71
2010.070
MUH. IRSYAD MASNUR
T
72
2010.071
MUNAWAR BINTI M.SAID
B
73
2010.072
NAHDA AL-QARNI
B
74
2010.073
NASIRA ANNAS
B
75
2010.074
NASTI PALLAWA
T
76
2010.075
NURFADILA
B
77
2010.076
NURUL ANDRIANI
B
78
2010.077
PURWANTI
T
79
2010.078
RATNA
T
80
2010.079
RIRIN BIJAK

81
2010.080
RISKA
B
82
2010.081
RONA RATI LAKABA
D
83
2010.082
ROSNANI
E
84
2010.083
SAKARUDDIN ANTO N
B
85
2010.084
SRI WAHYUNI

86
2010.085
SUDIRMAN
B
87
2010.086
TITIN PURWANTI
E
88
2010.087
WARDA ARAS
B
89
2010.088
YURIN HANGGARA
D
90
2010.089
YUYUN ERLINA
B
91
2010.090
ADE IRMA
E
92
2010.091
ARMAN MAULANA
D
93
2010.092
ARSIAH
T
94
2010.093
ASRIKA KARNANG
B
95
2010.094
BURHANUDDIN

96
2010.095
CITRA JUVI YANTI
T
97
2010.096
DINDA TENRI ULENG
E
98
2010.097
ELSA SURENTU

99
2010.098
FANI RAHMA SIFU
E
100
2010.099
HAJAR ASWAT
A
101
2010.100
HAPIDA
B
102
2010.101
HARMILA. Z
B
103
2010.102
HASMIDAR
A
104
2010.103
HASNIAR
E
105
2010.104
HIJRA RIANI
A
106
2010.105
IKA ASTIRAH
A
107
2010.106
IRENE NATALIA
B
108
2010.107
IRMA WAHYUNI
D
109
2010.108
IRNA ILHAM
E
110
2010.109
ISRAWATI
B
111
2010.110
ITA PUSPITA SARI
A
112
2010.111
JUMADIL
D
113
2010.112
KASMAN
B
114
2010.113
MARSELINA AKNES ALLOLAYUK
A
115
2010.114
MASDIN
D
116
2010.115
MASRI
B
117
2010.116
MIFTAHUDDIN
B
118
2010.117
MUSDALIFA MUSTAKIM
E
119
2010.118
NASIRA
E
120
2010.119
NIRMALASARI
E
121
2010.120
NOVA KURNIA
A
122
2010.121
PUTRI PERTIWI
B
123
2010.122
RAHMADANI
B
124
2010.123
RAHMAT SAING
T
125
2010.124
RANI
B
126
2010.125
RINI NIMBA
B
127
2010.126
SARNAYANTI
B
128
2010.127
SATRIA WULANDARI
A
129
2010.128
SERLI
E
130
2010.129
SRI RAHAYU SANRA
B
131
2010.130
SURIYANTI
B
132
2010.131
TRISWAN MEWAN
B
133
2010.132
ULFAH INDRA WAHYUNI
A
134
2010.133
YENNI KURBAYA
B
135
2010.134
YURIKE PRATIWI
B
KETERANGAN :
D = UJIAN PENGULANGAN TEORI SAJA
E = UJIAN PENGULANG TEORI + TUGAS
T = KUMPUL TUGAS TAMPA UJIAN TEORI
- TUGAS DIKUMPUL PALING LAMBAT 30    MARET 2012
- PENGGULANGAN HARI SABTU TANGGAL 24 MARET 2012 JAM 10.00 - SELESAI