Monday, 12 March 2012
Home »
» (Komunitas) Mahasiswa Sebagai Volunteer Redevinisi Sampah
(Komunitas) Mahasiswa Sebagai Volunteer Redevinisi Sampah
Written by Abdushshabur Rasyid Ridha
Tuesday, 10 May 2011 16:03
Sampah merupakan sisa-sisa material dari barang atau benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses atau setelah selesai digunakan dan dimanfaatkan. Pada masa seperti saat ini, istilah sampah selalu diartikan sebagai sesuatu yang negatif serta identik dengan hal yang kotor serta sudah tidak berguna, penafsiran tentang istilah sampah yang seperti itu memang pada dasarnya tidak salah.
Pada era modern seperti saat ini permasalahan sampah adalah sebuah permasalahan sudah sangat sulit untuk ditanggulangi. Sampah sering kali sampah memunculkan permasalahn-permasalahan lainnya, seperti bencana alam, penyakit ataupun hal lainnya. Bahkan kini pemerintah dalam menanggapi hal ini terkesan sudah tidak ngotot lagi hal ini mungkin karena mereka sudah jengah ataupun masih berharap ada pihak lain yang ikut membantu dan turut bertanggung jawab untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun pada kenyataannya permasalahan ini tak kunjung usai.
Menjawab tantangan tersebut, mahasiswa sebagai tombak utama perubahan bangsa seharusnya juga ikut bertanggung jawab untuk mengatasi permasalahan tersebut. Maka, di sinilah kesadaran akan permasalahan sampah menjadi bagian terpenting, karena tanpa adanya kesadaran dari masing-masing pihak permasalahan ini hanya akan menjadi bahan diskusi saja tanpa ada realisasi yang konkrit. Mahasiswa sebagai kaum intelektual harusnya mampu mengkombinasikan kedua hal tersebut,yaitu mendiskusikannya di dalam untuk kemudian bergerak dan merealisasikannya dimasyarakat.
Sebagai mahasiswa, yang pastinya memiliki kelebiahan intelektual dibandingkan masyarakat biasa harusnya mampu untuk melihat serta menafsirkan sampah dalam sudut pandang yang lain, Yaitu sudut pandang di mana tidak semua jenis sampah merupakan sesuatu yang kotor dan tidak berguna karena sampah dapat menjadi suatu barang yang berguna apabila kita mampu memilah serta mengolahnya dengan baik lebih dari itu juga sampah ternyata dapat berubah menjadi sebuah harta karun, sekali lagi ini berlaku ketika kita mampu memilah dan mengolahnya dengan baik.
Lalu apakah semua orang mau dan mampu mengolah sampah-sampah yang dianggap kotor dan tidak berguna tersebut? Tentunya tidak semua orang mau dan mampu, sehingga di sinilah peran mahasiswa sebagai wadah penggerak serta pemberi contoh konkrit kepada khalayak tentang pentingnya mengolah sampah serta tidak hanya itu saja tetapi juga tentang pentingnya menjaga agar sampah-sampah tersebut tidak dibiarkan berserekan bukan di tempatnya.
Memang yang paling penting dalam hal ini adalah kesadaran dari setiap individu, khususnya individu dari tiap-tiap mahasiswa itu sendiri. Namun, terkadang ketidakkonsistenan serta berbagai aktivitas yang menyibukkan bagi mahasiswa membuat peran tersebut semakin tidak kentara partisipasinya, maka untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan sebuah perkumpulan di mana masing-masing anggotanya memiliki kesamaan visi serta tujuan, yaitu dalam hal kesadaran akan sampah serta upaya pengolahan sampah. Perkumpulan seperti ini biasa kita sebut sebagai komunitas Green Campus atau mereka juga menyebut diri mereka sebagai mahasiswa pecinta lingkungan.
Komunitas dalam konteks ini memiliki banyak sekali pengaruh serta dampak terhadap kesadaran, pengolahan serta tujuan-tujuan positif lainnya berkaitan dengan permasalahan sampah serta kaitannya dengan peran mahasiswa. Karena dengan komunitas mahasiswa dapat lebih terarah pergerakannya serta konkrit mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, di mana mereka lebih difasilitasi serta dimudahkan aksesnya, terutama terkait tentang isu-isu kekinian yang terjadi berkaitan dengan permasalahan sampah itu sendiri.
Bentuk fasilitas serta akses yang disediakan oleh sebuah komunitas diantaranya adalah para mahasiswa kini jadi lebih mudah ketika ingin mengadakan berbagai kegiatan atau proyek-proyek berkaitan dengan permasalahan serta kesadaran tentang sampah, seperti mengadakan acara seminar atau workshop tentang sampah, lomba-lomba ataupun bakti sosial sehingga bentuk kontribusi mahasiswa terkait dengan permasalahan sampah ini semakin jelas dan konkrit. Selain itu, dengan ikut dalam sebuah komunitas juga hal ini mampu mempercepat usaha mahasiswa mencapai tujuannya, yakni meredefinisi makna sampah di dalam tataran masyarakat umum serta mampu menjadi seorang volunteer atau aktivis sosial yang concern terhadap permasalahan berkaitan dengan sampah.
Sedikit membahas kondisi kekinian perihal peran mahasiswa terhadap permasalahan sampah dalam kehidupan mahasiswa sehari-hari, khususnya dalam ruang lingkup kampus tempat para mahasiswa menimba ilmu. Tentunya kita sering sekali melihat ada mahasiswa yang masih suka membuang sampah sembarangan, mungkin ketika diri kita sudah memiliki kesadaran akan permasalahan samapah ini, batin kita akan merasa gusar atau bahkan akan berdecak dalam hati, “kok mahasiswa masih membuang sampah sembarangan, Apa kata dunia?”. Sebagai mahasiswa yang katanya volunteer serta aktivis, jika kita melihat hal-hal seperti ini tentunya kita akan merasa malu bukan?
Dapat dikatakan bahwa istilah mahasiswa yang diemban oleh seorang yang berjuang mencari ilmu adalah sebuah gelar prestisius yang tidak dimiliki dan dicicipi oleh semua orang. Gelar mahasiswa bukanlah hal yang mudah didapatkan dan hanya sekedar untuk dibangga-banggakan, gelar mahasiswa mengandung tanggung jawab yang lebih besar dari sekedar prestige saja, yakni ketika idealismenya serta tindak-tanduknya menjadi sorotan.
Masyarakat menilai mahasiswa, yang merupakan bagian dari generasi muda, merupakan ujung tombak perjuangan bangsa. Sejarah membuktikan dalam setiap perjuangan bangsa, pemuda senantiasa menorehkan tinta emas. Melihat semua kebanggaan serta penilaian masyarakat terkait tentang seorang mahasiswa itu, lalu apa yang masih bisa diharapkan jika dalam hal kecil saja mereka masih acuh atau bahkan melanggar sebuah aturan yang ditetapkan bersama, tentunya harapan itu nantinya hanya akan menjadi sebuah khayalan semu semata.
Maka dari itu pula, sebuah komunitas mahasiswa pecinta lingkungan ini memiliki tujuan yang luhur yakni meningkatkan awerness dari masyarakat lainnya mulai dari kalangan mahasiswa itu sendiri, kemudian ditumbuhkan kepada masyarakat disekitarnya seperti para pegawai dan dosen. Setelah itu mulai merambah untuk menyadarkan masyarakat umum disekitarnya yang biasanya dilakukan dengan cara mengadakan suatu acara khusus yang bertemakan tentang lingkungan serta permasalahan sampah.
Beberapa hal yang penulis tekankan disini adalah bahwa sesuatu hal yang kita lakukan bagian terpenting dari itu semua adalah sebuah proses, karena sesuatu tidak akan berjalan baik serta memperoleh hasil yang baik tanpa didukung dengan proses yang baik perencanaan yang baik serta konsistensi dari para pelaku kegiatan tersebut. Permasalahan akan sampah ini tidak akan pernah selesai manakala kita tidak berani dan tidak berinisiatif untuk mencoba memulainya dari diri sendiri. Perlu diketahui tidak akan ada keberhasilan tanpa ada langkah pertama sehingga proses serta kesadaran yang dimulai dari individu mahasiswa itu sendiri menjadi suatu hal yang sangat penting.
Maka, dapat disimpulkan bahwa peran mahasiswa tidak akan menjadi penting apabila tidak ada kesadaran dalam individu mahasiswa itu sendiri. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa suatu tujuan untuk melakuakan sesuatu kearah perubahan tentunya akan menjadi lebih cepat dan lebih baik manakala dilakukan secara bersama-sama. Sehingga komunitas sebagai tempat berkumpulnya para mahasiswa yang memiliki kesamaan perhatian dan tujuan ini serta mereka yang dilandasi denagn satu hati ini menjadi lebih konsisten serta lebih mudah dalam bergerak, konkrit kontribusi dan partisipasinya.
Referensi:
Berindra, Susie, 2011, Lewat Komunitas, Kami Melakukan Perubahan, Kompas cetak, 26 April 2011, hlm.34.
0 komentar:
Post a Comment