Berikan, dan
Lupakan!
Suatu malam hujan
turun dengan lebat diiringi angin kencang dan petir yang menyambar-nyambar.
Malam itu telepon berdering di rumah seorang dokter. ''Istri saya sakit,''
terdengar suara minta pertolongan. ''Dia sangat membutuhkan dokter segera.
'' Si dokter
menjawab, ''Dapatkah bapak menjemput saya sekarang? Mobil saya sedang masuk
bengkel.'' Mendengar jawaban itu, lelaki tersebut menjadi berang. ''Apa?!''
katanya dengan marah. ''Saya harus pergi menjemput dokter pada malam yang berhujan
lebat seperti ini?''
Coba Anda
renungkan cerita inspiratif diatas. Seperti yang sudah saya paparkan dalam
rubrik ini bulan lalu, kita senantiasa meminta sesuatu kepada orang lain.
Sayangnya, kita seringkali lupa untuk memberi. Kita tak sadar bahwa apapun yang
kita berikan sebenarnya adalah untuk diri kita sendiri, bukan untuk
siapa-siapa.
Di dunia ini tak
ada yang gratis. Segala sesuatu ada harganya. Seperti halnya membeli barang,
Anda harus memberi terlebih dahulu sebelum meminta barang tersebut. Kalau Anda
seorang penjual, Anda pun harus memberikan pelayanan dan menciptakan produk
sebelum meminta imbalan jasa Anda. Inilah konsep ''memberi sebelum meminta''
yang sayangnya sering kita lupakan dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal ''memberi
sebelum meminta'' adalah sebuah hukum alam. Kalau Anda ingin anak Anda
mendengarkan apa yang Anda katakan, Andalah yang harus memulai dengan
mendengarkan keluh kesah mereka. Kalau Anda ingin karyawan atau bawahan Anda
bekerja dengan giat, Andalah yang harus memulai dengan memberikan perhatian,
dan lingkungan kerja yang kondusif. Kalau Anda ingin disenangi dalam pergaulan,
Anda harus memulainya dengan memberikan bantuan dan keperdulian kepada orang
lain.
Orang yang tak
mau memberi adalah mereka yang senantiasa dihantui perasaan takut miskin.
Inilah orang-orang yang ''miskin'' dalam arti yang sesungguhnya. Padahal, di
dunia ini berlaku hukum kekekalan energi. Kalau Anda memberikan energi positif
kepada dunia, energi itu tak akan hilang. Ia pasti kembali kepada Anda.
Persoalannya,
banyak orang mengharapkan imbalan perbuatan baiknya langsung dari orang yang
ditolongnya. Ini suatu kesalahan. Dengan melakukan hal itu, Anda justru membuat
bantuan tersebut menjadi tak bernilai. Anda mempraktikkan manajemen ''Ada Udang
Di Balik Batu.'' Anda tak ikhlas dan tak tulus. Ini pasti segera dapat
dirasakan oleh orang yang menerima pemberian Anda. Jadi, alih-alih menciptakan
kepercayaan pemberian Anda malah akan menghasilkan kecurigaan.
Agar dapat
efektif, Anda harus berperilaku seperti sang surya yang memberi tanpa
mengharapkan imbalannya. Untuk itu tak cukup memberikan harta saja, Anda juga
harus memberikan diri Anda, dari hati Anda yang paling dalam. Jangan pernah
memikirkan imbalannya. Anda hanya perlu percaya bahwa apapun yang Anda berikan
suatu ketika pasti kembali kepada Anda. Ini merupakan suatu keniscayaan, suatu
hukum alam yang sejati.
Sebetulnya semua
orang di dunia ini senantiasa memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Namun,
kita dapat membedakannya menjadi dua tipe orang. Orang pertama kita sebut
sebagai orang yang egois. Merekalah orang yang selalu meminta tetapi tak pernah
memberikan apapun untuk orang lain. Orang ini pasti dibenci dimana pun ia
berada.
Jenis orang kedua
adalah orang yang juga mementingkan diri sendiri, tetapi dengan cara
mementingkan orang lain. Mereka membuat orang lain bahagia agar mereka sendiri
menjadi bahagia. Ini sebenarnya juga konsep mementingkan diri sendiri tetapi
sudah diperhalus. Kalau Anda selalu memberikan perhatian dan bantuan kepada
orang lain, banyak orang yang akan menghormati dan membantu Anda. Kalau
demikian, Anda sebenarnya sedang berbuat baik pada diri Anda sendiri.
Bagaimana kalau
Anda membaktikan diri Anda untuk menolong anak-anak terlantar dan orang-orang
miskin? Ini pun sebenarnya adalah tindakan ''mementingkan diri sendiri dengan
cara mementingkan orang lain.'' Anda mungkin tak setuju dan mengatakan,
''Bukankah saya tidak mendapatkan apa-apa. Saya kan bekerja dengan sukarela.
'' Memang benar,
Anda tidak mendapatkan apa-apa secara materi, tetapi apakah Anda sama sekali
tidak mendapatkan apa-apa? Jangan salah, Anda tetap akan mendapatkan sesuatu
yaitu kepuasan batin. Kepuasan batin inilah yang Anda cari. Anda membantu orang
lain supaya mendapatkan hal ini.
Jadi, apapun yang
kita lakukan di dunia ini semuanya adalah untuk kepentingan kita sendiri.
Orang-orang yang egois sama sekali tak memahami hal ini. Mereka tak sadar bahwa
mereka sedang merusak diri mereka sendiri.
Sementara
orang-orang yang baik budinya sadar bahwa kesuksesan dan kebahagiaan baru dapat
dicapai kalau kita membuat orang lain senang, menang, dan bahagia. Hanya dengan
cara itulah kita akan dapat menikmati kemenangan kita dalam jangka panjang.
Inilah hukum Menang-Menang (win-win) yang berlaku dimana saja, kapan saja dan
untuk siapa saja.
Oleh: Arvan
Pradiansyah, penulis buku You Are A Leader!
e-mail:
kepemimpinan@republika.co.id
faksimile:
021-7983623
0 komentar:
Post a Comment