Konsep medis hepatitis
1. Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi kronis atau akut pada hati yang disebabkan oleh sedikitnya lima tipe virus, yaitu hepatitis virus A (HAV), hepatitis virus B (HBV), hepatitis virus C (HCV), hepatitis virus D (HDV) dan hepatitis virus. (Donna L. Wong, tahun 2004)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol. (dr. Jan Tambayong, tahun 2000)
2. Anatomi fisiologi hepar
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr berat badan pada orang dewasa normal. Permukaan superior adalah cembung dan terletak dibawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati adalah cekung dan merupakan atap ginjal kanan, lambung, pancreas dan usus. Hati memiliki dua lobus utama kanan dan kiri.
Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligementum yang merupakan lipatan peritoneum membantu menyokong hati. Di bawah permukaan permukaan peritoneum terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan kapsula glisson yang meliputi seluruh permukaan organ. Kapsula ini pada hilus atau porta hepatic dipermukaan inferior, melanjutkan diri ke dalam massa hati membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteria hepatica dan saluran empedu.
Hati memiliki dua sumber suplai darah yaitu dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta dan dari aorta melalui arteria hepatika. Sekitar sepertiga darah yang masuk adalah darah arteria dan sekitar dua pertiga adalah darah dari vena porta. Volume total darah yang melewati hati setiap menit adalah 1500 ml dan dialirkan melalui vena hepatika kanan dan kiri yang selanjurnya bermuara pada vena kava inferior.
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga menduduki urutan pertama dalam hal banyaknya, kerumitan dan ragam dari fungsinya. Adapun fungsi dari hati adalah :
a. Pembentukan dan eksresi empedu (metabolisme garam / figmen empedu)
b. Metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan steroid
c. Penyimpanan vitamin dan mineral
d. Detoksikasi, ruang pengapung dan fungsi penyaring
3. Etiologi
a. Hepatitis A
1) Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran 27 nm
2) Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, dibawah oleh air dan makanan
3) Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata 30 hari
4) Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.
b. Hepetitis B (HBV)
1) Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki ukuran 42 nm
2) Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
3) Masa inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari.
4) Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
c. Hepatitis C (HCV)
1) Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang diameternya 30 – 60 nm.
2) Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh kontak seksual.
3) Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 hari
4) Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B
d. Hepatitis D (HDV)
1) Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm
2) Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemovilia
3) Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari
4) Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
e. Hepattitis E (HEV)
1) Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 – 36 nm.
2) Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
3) Masa inkubasi 15 – 65 hari dengan rata – rata 42 hari.
4) Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan makanan, minum minuman yang terkontaminasi.
4. Insiden
a. Hepetitis A : Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan sanitasi yang buruk. Walaupun epidemik juga terjadi pada negara – negara dengan sanitasi baik.
b. Hepatitis B : Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan populasi padat dengan tingkat kesehatan yang buruk.
c. Hepatitis C : 90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 % kasus hepatitis disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat penggunaan obat secara intra vena
d. Hepatitis D : Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada beberapa area seperti negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier hepatitis B dapat menyebabkan infeksi
e. Hepatitis E : Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya terjadi di India, Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko.
5. Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati
6. Manifestasi klinis
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing-masing stadium adalah sebagai berikut.
a. Stadium praicterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi lebih coklat.
b. Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan berkurang, tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
c. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anak – anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda
7. Test diagnostik
a. ASR (SGOT) / ALT (SGPT); Awalnya meningkat, dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim-enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
b. Darah lengkap; Sel darah merah (SDM) menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
c. Feses; Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
d. Albumin serum; Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
e. Gula darah; Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
f. Anti HAVIgM; Positif pada tipe A
g. HbsAG; Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
h. Bilirubin serum; Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
i. Tes eksresi BSP (Bromsulfoptalein); Kadar darah meningkat. BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
j. Biopsi hati; Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
k. Scan hati; Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
8. Penatalaksanaan
a. Istirahat : Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk.
b. Diet : Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infuse. Jika sudah tidak mual lagi, berikan makanan yang cukup kalori (30 – 35 kalori / kgBB) dengan protein cukup (1 g/kgBB). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi.
c. Medikamentosa
1) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednisone 3 x 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.
2) Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati
3) Antibiotik tidak jelas kegunaannya
4) Jangan berikan antiemetik, jika perlu sekali diberikan golongan fenotiazin
5) Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma, penanganan seperti pada koma hepatic.
B. Konsep asuhan keperawatan hepatitis
1. Pengkajian
2. Dampak penyimpangan KDM
3. Diagnosa keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum; penurunan kekuatan / ketahanan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual / muntah.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan melalui muntah / diare dan asites.
d. Harga diri rendah berhubungan dengan perawatan isolasi.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
f. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses penyakit.
4. Rencana keperawatan
0 komentar:
Post a Comment