Sunday, 4 December 2011
Home »
» Tinjauan Umum Tentang Kader
Tinjauan Umum Tentang Kader
1.Pengertian Kader
Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (promkes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat (Sulkan, 2000).
Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Kader kesehatan merupakan perwujudan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada lima program dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan terutama pada kegiatan yang mereka tidak kompeten memberikannya (Pohan, 2007).
2.Tujuan pembentukan kaderDalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, khususnya di bidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada hakekatnya kesehatan dipolakan mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan adanya dalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan (Zulkifli, 2003).Kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat desa ternyata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna bagi masyarakat sekelompoknya meliputi:a.Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatan terhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhana dan lain-lain.b.Penimbangan dan penyuluhan gizi.c.Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi, pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya menanamkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).d.Penyediaan dan distribusi obat/alat kontasepsi KB penyuluhan dalam upaya menamakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)e.Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan,pembuatan jamban keluarga dan sarana air sederhana.f.Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.(Zulkifli, 2003).Adapun peran kader dalam penyelenggaraan posyandu menurut Depkes (1995), dalam Unicef (2000) meliputi:a.Memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada ibu pengguna posyandu (ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia subur) sebelum hari buka posyandu.b.Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan posyandu sebelum posyandu dimulai seperti timbangan, buku catatan, KMS, alat peraga penyuluhan, dll.c.Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil dan usia subur yang hadir di posyandu.d.Melakukan penimbangan bayi dan balita, mencatat hasil penimbangan ke dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) sesuai dengan permasalahan yang dihadapi ibu yang bersangkutan.e.Melakukan penyuluhan perorangan kepada ibu-ibu di meja IV, dengan isi penyuluhan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi ibu yang bersangkutan.f.Melakukan penyuluhan kelompok kepada ibu-ibu sebelum meja I atau setelah meja V (kalau diperlukan).g.Melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan balita serta pasangan usia subur, untuk menyuluh dan mengingatkan agar datang ke posyandu.3.Peran Kader PosyanduPeran kader memegang peranan penting dalam menjembatani masyarakat khususnya kelompok sasaran posyandu. Berbagai informasi dari pemerintah lebih mudah disampaikan kepada masyarakat melalui kader, karena kader lebih tanggap dan memilliki pengetahuan kesehatan diatas rata-rata dari kelompok sasaran posyandu (Naim, 2008).4.Wujud Peran Serta KaderMenurut Surya (2008) Peran serta kader dapat diwujudkan dalam bentuk: a.Tenaga, seorang kader berperan serta dalam kegiatan kelompok dengan menyumbangkan tenaganya, misalnya menyiapkan tempat dan sebagainya.b.Materi, kader berperan serta dalam kegiatan kelompok dengan menyumbangkan materi yang diperlukan dalam kegiatan kelompok tersebut, misalnya uang, pinjaman tempat dan sebagainya (Desa Siaga dikembangkan di Jawa Timur dengan Mengaktifkan Kader5.Tugas kegiatan kader Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter kader dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut di dalam maupun di luar Posyandu Malili lain: (Zulkifli, 2003).a.Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu seperti, melaksanakan pendaftaran, melaksanakan penimbangan bayi dan balita, melaksanakan pencatatan hasil penimbangan, memberikan penyuluhan, memberi dan membantu pelayanan, serta merujuk.b.Kegiatan yang dapat dilakukan kader di luar Posyandu KB-kesehatan menurut Widiastuti (2006) adalah yang bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulan diare; mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu; kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada seperti, a) pemberantasan penyakit menular, b) penyehatan rumah, c) pembersihan sarang nyamuk, d) pembuangan sampah, e) Penyediaan sarana air bersih, f) menyediakan sarana jamban keluarga, g) pembuatan sarana pembuangan air limbah, g) pemberian pertolongan pertama pada penyakit (P3K), h) dana sehat, dan i) kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.Adapun masalah-masalah yang seharusnya dipelajari oleh kader dikelompokkan menjadi 5 yaitu tentang:a)Penyakit menularb)Perawatan Ibuc)Kesehatan Anak dan Gizid)Kecelakaan e)Kebersihan Rumah dan Lingkunganc.Peranan Kader di luar Posyandu KB-kesehatan:1)Merencanakan kegiatan, Malili lain: menyiapkan dan melaksanakan survey mawas diri, membahas hasil survei, menyajikan dalam MMD, menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.2)Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi (kunjungan), alat peraga dan percontohan.3)Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotong ronyong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain. 4)Memberikan pelayanan seperti, membagi obat, membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan, mengawasi pendatang didesanya dan melapor, memberikan pertolongan pemantauan penyakit, dan memberikan pertolongan pada kecelakaan. 5)Melakukan pencatatan, pada: KB (Keluarga Berencana)atau jumlah PUS (Pasangan Usia Subur), jumlah peserta aktif; KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan; Imunisasi : jumlah imunisasi TT (Toksoid Tetanus) bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan; Gizi: jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang naik timbangan; Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk.6)Melakukan pembinaan mengenai lama program keterpaduan KB-Kesehatan dan upanya kesehatan lainnya.7)Keluarga pembinaan yang masing-masing berjumlah 10-20 KK atau diserahkan pada kader setempat dengan memberikan informasi tentang upaya kesehatan yang dilaksanakan. 8)Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan. 9)Melakukan pertemuan kelompok.Menurut Supari, (2006) masalah-masalah yang harus dipelajari dan diketahui oleh seorang kader, dikelompokkan menjadi 5 yaitu tentang: 1)Penyakit menularYang berhubungan dengan penyakit menular seperti; Imunisasi untuk pencegahan penyakit (BCG, DPT, Polio, dan Campak). Jika menghadapi seorang yang menderita demam dan kemungkinan penyebabnya, yaitu dengan mengajarkan kepada masyarakat tentang makanan bergizi dan mencuci bahan makanan sebelum dimasak, minum air sesudah dimasak, mencuci alat makan dan alat masak dengan baik, membasmi lalat dan tikus dengan membersihkan sumbernya. Untuk penyakit menular seperti diare dengan menjelaskan penyebab diare yaitu; tangan yang kotor jika makan dan minum, terutama sesudah membuang air besar; makanan yang kotor karena tidak tertutup sehingga kena debu, lalat dan binatang lain seperti kecoak, tikus dan lain-lain, makanan yang tidak dimasak sempurna, misalnya daging yang mengandung cacing dan telurnya, minum air yang tidak bersih dari sungai, kolam, mata air dan lain-lain.2) Perawatan IbuJika seorang ibu sedang hamil, maka disarankan untuk banyak istirahat, makan yang bergizi, tidak makan obat yang tidak dianjurkan dokter, tidak meminum minuman keras, memeriksakan diri selama kehamilan sejak awal dan sesering mungkin. Dan jika seorang ibu sedang menyusui disarankan untuk menjaga kebersihan ibu dan bayi, mengkonsumsi makanan yang bergizi, memberi ASI (air susu ibu) atau susu dan makanan yang baik, disarankan kepada ibu agar tidak melahirkan bayi dalam waktu yang terlalu pendek, dan sebaiknya ber-KB. dan jika ada keluhan, perdarahan yang terus-menerus atau demam cepat di bawa ke dokter atau puskesmas terdekat.3) Kesehatan Anak dan GiziMemberikan penyuluhan tentang akibat kekurangan gizi dan ditandai dengan gejala seperti:a) Anak semakin kurus atau berat anak yang tidak sesuai dengan umurb) Anak yang tinggal kulit membalut tulangc) Anak dengan pembengkakan kaki dan lengan.4) Kecelakaan a) Luka BakarPertolongan pertama jika anak kena luka bakar yaitu; memberi anak minum banyak, berikan pakaian yang longgar atau luka jangan ditutup, dan segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.b) Harus diperhatikan(1) Apakah pasien kehilangan banyak darah. Untuk itu dicegah dengan menekan luka: minum air banyak(2) Jika pasien jadi lemah, harus cepat dibawa ke dokter.5) Kebersihan rumah dan lingkungana) Sumber Air(1) Sumber Air hanya dari KolamDisarankan agar merebus sampai mendidih sebelum air diminum, tidak mandi di kolam, mencuci bahan dan alat makan sebelum digunakan, dan meminta pendapat dari pamong desa untuk memecahkan masalahnya.(2) Sumber Air SungaiDisarankan untuk merebus air sebelum diminum sampai didih, dapat digunakan mandi jika hewan ternak minum pada aliran sungai di hulu.(3) Sumber Air dari Mata AirSumber air ini aman jika, ada pagarnya sejauh 20 meter dari mata air, terdapat saluran pembuangan untuk membuang air hujan, dibuatkan bak dari semen untuk menampung air setinggi 50 cm, digunakan pipa untuk menyalurkan air.
6) Pembuangan Kotoran Jika jamban tidak digunakan sebagaimana mestinya, maka disarankan pada tiap KK(kepala keluarga) untuk membuat jamban yang memenuhi syarat kesehatan dan digunakan sebagaimana mestinya. Namun, jika membuang kotoran disembarang tempat dapat dijelaskan pada KK tentang bahayanya berhubungan dengan penyakit menular, dan menyarankan untuk tidak membuang kotoran di sungai.7) Pembuangan Sampah Dijelaskan tentang penyakit yang dapat timbul akibat dari membuang sampah tidak pada tempatnya. 6. Persyaratan menjadi Kader Pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Pada kenyataannya bahwa memilih kader merupakan pilihan masyarakat dan mendapat dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang. Namun bagaimanapun proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah barang tentu para Pamong Desa harus juga mendukung. Dibawah ini salah satu persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader.a. Dapat baca dan tulis dengan bahasa Indonesia b. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kaderc. Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan.d. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya e. Dikenal masyarakat dan dapat bekerja sama dengan masyarakat calon kader lainnya, serta berwibawa. f. Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan.g. Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunyai keterampilan. Menurut Ida Bagus (2003), dalam Pohan (2006) persyaratan bagi seorang kader yaitu; berasal dan tinggal dari desa setempat, tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama, diterima oleh masyarakat setempat, memiliki cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain, dan sebaiknya yang bisa baca tulis.Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain; sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai krebilitas yang baik dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masyarakat sekitarnya (Zulkifli, 2003).B. Tinjauan Umum Tentang Posyandu1. Pengertian PosyanduPos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu, yaitu merupakan wahana kegiatan keterpaduan KB-Kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan lima program prioritas yaitu: KB, Gizi, KIA, Imunisasi dan Penanggulangan Diare. Adapun pengertian mengenai posyandu banyak para ahli mengemukakan sangat bervariasi tergantung dari sudut mana memandangnya. Secara sederhana yang di maksud dengan posyandu adalah: “pusat kegiatan di mana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB-Kesehatan” (Pohan, 2007). Dari aspek prosesnya maka pengertiannya ialah merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Posyandu apabila di pandang dari hirarki sistem upaya pelayanan kesehatan, adalah forum yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang profesional kepada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat (Zulkifli, 2003).Posyandu merupakan salah satu bentuk usaha kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan oleh masyarakat secara bersama dalam upaya pelaksanaan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dengan memberikan kemudahan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak. Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan sebagai segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada baik dari instansi lintas sektoral maupun tokoh masyarakat (Naim, 2008).2. Tujuan penyelenggaraan Posyandu Menurut Gemari (2005) tujuan diselenggarakan Posyandu adalah untuk: a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran.b. Mempercepat penerimaan NKKBS.c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan.3. Sasaran PosyanduDalam upaya revitalisasi posyandu maka ditetapkan 5 (lima) program prioritas pelayanan yang merupakan paket minimal dengan sasaran khusus balita dan ibu hamil serta ibu menyusui.Menurut sasarannya, paket pelayanan minimal pada hari buka posyandu adalah bayi dan anak balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, wanita PUS (Naim, 2008).4. Mekanisme Penyelenggaraan PosyanduPosyandu dapat dikembangkan dari Pos Penimbangan, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, Pos Kesehatan ataupun pembentukan yang baru. Satu posyandu sebaiknya melayani seratus (100) balita/700 penduduk atau disesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat, geografis, jarak antara rumah, jumlah kepala keluarga dalam kelompok dan sebagainya (Majalah Kesehatan Madising, 2006).Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan sendiri. Dengan demikian kegiatan posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk, Balai Desa, tempat pertemuan RK/RT atau ditempat khusus dibangun masyarakat. Penyelenggaraan dilakukan dengan “Pola Lima Meja” sebagaimana diuraikan sebagai berikut:Meja 1: Pendaftaran Meja 2: Penimbangan bayi dan anak balita Meja 3: Pengisian KMS (kartu menuju sehat) Meja 4: Peyuluhan Perorangana) Mengenai balita berdasarkan penimbangan , berat badan yang naik/tidak naik, diikuti dengan pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A dosis tinggi.b) Terhadap ibu hamil yang resiko tinggi, diikuti dengan pemberian zat gizic) Terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti dengan pemberian kondom, pil ulangan atau tablet busa.Meja 5: Pelayanan tenaga propesional meliputi pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Setiap meja pelayanan terdapat perbedaan tugas dan tanggung jawab bagi petugas pelayanan. Petugas pelayanan mulai dari meja 1 sampai dengan meja 4 dilakukan oleh kader posyandu yang biasanya merupakan kader PKK ditingkat dusun, sedangkan untuk meja 5 yaitu Pelayanan KB, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dilaksanankan oleh kader atau kader bersama petugas teknis kesehatan dari puskesmas yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk membina posyandu di desa dalam wilayah kerja Puskesmas (Surya, 2008).5. Indikator Keberhasilan Posyandu (berdasarkan pencapaian sasaran)Menurut Naim (2008) indikator keberhasilan posyandu adalah a. Jumlah Dasa Wisma yang mampu mencatat atau melaporkan sasaran ke posyandu dibagi dengan jumlah Dasa Wisma yang ada di desa/kelurahan.b. Jumlah Dasa Wisma yang mampu menggerakkan sasaran ke posyandu dibagi dengan jumlah Dasa Wisma yang ada di desa/kelurahan.c. Jumlah kader yang mampu menggerakkan sasaran ke posyansdu dibagi dengan jumlah kader yang ada.d. Meningkatnya partisipasi masyarakat (D/S) untuk setiap sasaran posyandu (ibu hamil, bayi dan anak balita) 6. Pembinaan PosyanduUntuk mewujudkan kelancaran pelayanan terhadap kelompok sasaran maka semua stakeholder yang terlibat dalam penyelenggaraan posyandu senantiasa ditingkatkan kualitasnya melalui kegiatan pembinaan posyandu. Pelaksanaan pembinaan ini dilakukan secara berjenjang di setiap tingkatan administrasi pemerintahan oleh Tim Pembina Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) posyandu dari unsur instansi sektor terkait mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat desa/kelurahan (Widodowati, 2004).Pembinaan yang dilakukan terhadap posyandu tidak hanya ditujukan kepada pengelola atau pengurus dan tenaga pelaksana (kader) tetapi juga dilakukan terhadap kelompok sasaran. Pembinaan terhadap kelompok sasaran dilakukan secara berkala untuk setiap posyandu oleh kelompok kerja (Pokja) posyandu di desa/kelurahan, yang diketuai oleh ketua umum LKMD selaku penanggungjawab yang anggotanya terdiri dari unsur PKK desa/kelurahan dan kader posyandu yang ada di desa (Nanik, 2007).Apabila diamati pada hari buka posyandu, maka nampak bahwa kader sangat besar peranannya, namun dibalik itu di luar hari buka posyandu mana kala kelompok sasaran khususnya ibu dan anak tidak datang ke posyandu seharusnya bukan menjadi tanggung jawab kader, akan tetapi menjadi tangggung jawab pengurus posyandu di desa/kelurahan.Peran pengurus posyandu adalah melakukan penggerakan masyarakat agar kelompok sasaran posyandu di wilayah kerjanya dapat berperan serta baik untuk memanfaatkan pelayanan posyandu, meningkatkan partisipasinya untuk membangun sarana dan prasarana posyandu, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membantu pembiayaan posyandu. Selama ini target sasaran tidak tercapai pada hari buka posyandu (D/S) menurun, maka yang sering dipersalahkan adalah kurang aktifnya kader melakukan kunjungan rumah kepada kelompok sasaran. Hal inilah yang mengganggu aktivitas kader karena adanya beban yang harus dilakukan di luar hari buka posyandu, yang seharusnya menjadi tanggung jawab pengurus posyandu untuk menyampaikan kepada kelompok sasaran untuk datang ke posyandu.Untuk terjalinnya kerjasama Malili kader dan pengurus posyandu sebaiknya setelah hari buka posyandu kader menyampaikan kepada pengurus posyandu yang tidak datang sehingga pengurus dapat menghimbau kelompok sasaran agar pada hari buka posyandu bulan berikutnya mereka datang untuk memanfaatkan pelayanan posyandu. Disamping itu kader dan pengurus posyandu melakukan pertemuan berkala untuk membahas perkembangan dan kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan posyandu (Naim, 2008).7. Tingkat Perkembangan Posyandu Untuk melihat tingkat perkembangan posyandu diperlukan pola pembinaan yang dikenal dengan telaah kemandirian posyandu yang pada prinsipnya semua posyandu didata tingkat pencapaiannya baik dari segi penggorganisasian maupun pencapaian programnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu, menurut Zulkifli (2003) secara umum dibedakan atas 4 (empat) tingkatan dari terendah sampai tertinggi sebagai berikut: a. Posyandu Pratama (warna merah)Posyandu Pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan posyandu, disamping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotiasi masyarakat serta menambah jumlah kader.b. Posyandu Madya (warna kuning)Posyandu Madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan posyandu.c. Posyandu Purnama (warna hijau) Posyandu Purnama adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan.d. Posyandu Mandiri (warna biru)Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat dan pesertanya lebih dari 50% KK.8. Penguatan Kelembagaan Posyandu Meskipun program/kegiatan posyandu telah diperkenalkan masyarakat sejak awal pembentukannya pada tahun 1985, namun untuk meningkatkan kinerja posyandu sebagai salah satu organisasi pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak yang bersumberdaya masyarakat maka dalam upaya penguatan kelembagaannya terlebih dahulu diidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi posyandu saat ini. Kemudian dari permasalahan tersebut hendaknya ditindak lanjuti dengan berbagai kebijakan secara konkrit, sehingga posyandu diharapkan dapat berfungsi secara optimal untuk meningkatkan derajat kesehatan kesehatan ibu dan anak (Surya, 2008).Dari hasil identifikasi lapangan menunjukkan bahwa permasalahan pokok yang dihadapi posyandu adalah:1. Kondisi kader dengan keterampilan yang rendah.2. Terbatas sarana dan parasana posyandu.3. Peran serta masyarakat masih kurang.Dengan melihat permasalahan tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut:a. KaderMenurut Naim (2008) kader merupakan rohnya posyandu karena tanpa kehadiran mereka mekanisme pelayanan posyandu dengan system 5 (lima) meja pelayanan tidak akan berjalan dengan baik karena: 1) Beban kerja kader cukup tinggi karena pada hari buka posyandu kader yang bertugas secara rata-rata kurang dari 5 (lima) orang dan kader yang hadir pun seringkali mengalami kejenuhan dalam melaksanakan tugasnya.2) Pada daerah pedesaan yang masuk kategori terpencil atau terisolasi hambatan yang dihadapi kader karena tidak tersedianya transport yang bisa digunakan pada hari buka posyandu.3) Dalam hal rekruitmen kader jarang sekali dilakukan melalui seleksi, sehingga kader yang bertugas tidak dapat diketahui motivasinya serta keterampilan yang dimiliki.4) Bahwa untuk meningkatkan kapasitas kader pola pembinaan dan pelatihan belum berjalan secara kontinyu.
b. Sarana dan PrasaranaUntuk menunjang kelancaran pelayanan posyandu perlu didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana, namun dalam kenyataannya belum sepenuhnya tersedia seperti:1) Pengadaan timbangan termasuk perlengkapan lainnya tidak seimbang dengan jumlah posyandu yang membutuhkan (jumlah posyandu lebih banyak dibanding timbangan yang tersedia). Timbangan yang adapun apabila yang digunakan terkadang tidak akurat lagi, kareana jarang dilakukan tera ulang dan kondisinya sudah tua. 2) Tidak adanya inventarisasi sarana dan prasarana yang dimiliki setiap posyandu, sebagai contoh tidak ada daftar yang tersedia tentang data kepemilikan timbangan. 3) Kurang meratanya distribusi Kartu Menuju Sehat (KMS) dan buku KIA.4) Terbatasnya anggaran bagi setiap desa dan kelurahan untuk pengadaan register sistem informasi posyandu (SIP).c. Peran serta MasyarakatKeberhasilan pelayanan posyandu dapat dilihat dari meningkatnya frekuensi kunjungan masyarakat khususnya kelompok sasaran dalam memanfaatkan jenis pelayananan yang tersedia disetiap Posyandu. Peran serta masyarakat termasuk rendah karena : (Widodowati, 2004)1) Jumlah sasaran yang datang masih rendah untuk memanfaatkan paket pelayanan yang tersedia pada hari buka posyandu.2) Rendahnya pencapaian cakupan program sebagai dampak dari rendahya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu.C. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Pendidikan Kader Dari segi istilah, pendidikan berasal dari bahasa latin educatus (educare) yang berarti merawat dan membimbing. Tingkat pendidikan merupakan dasar dalam pengembangan wawasan serta sarana untuk memudahkan bagi seseorang untuk menerima pengetahuan, sikap dan perilaku yang baru. Tingkat pendidikan merupakan dasar pengembangan daya nalar seseorang untuk menerima motivasiLatar belakang pendidikan seseorang berpengaruh pada beberapa kategori kompetensi di mana semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula tingkat keterampilan dalam hubungan interpersonal serta semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai seseorang, maka besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan.Berdasarkan kebijakan pemerintah, staf puskesmas dituntut untuk memilih perempuan terpelajar sebagai kader, karena latar belakang dianggap penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan sebagai contoh, perempuan terpelajar banyak tahu tentang pengertian kesehatan modern masa kini. (Sciotino, 2000).D. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan KaderPengetahuan merupakan tahap awal seseorang berbuat sesuatu dan pengetahuan tentang apa yang akan dilakukan membuat seseorang mengetahui langkah selanjutnya yang harus diperbuat. Seperti halnya seorang kader posyandu yang harus mengetahui tentang tugas yang diembannya sehingga dapat memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat dalam mengelola posyandu. Peran serta kader adalah mendidik masyarakat desa melalui penyuluhan, hal tersebut menunjukkan bahwa kader harus mempunyai pengetahuan di atas rata-rata masyarakat desa lainnya. Penyuluhan yang diberikan diharapkan sebagai sarana yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat yang diharapkan merubah perilaku.Tingkat pengetahuan kader terhadap kesehatan khususnya mengenai pelaksanaan posyandu akan mempengaruhi pola perilaku kader untuk lebih aktif berperan serta dan lebih tanggap untuk setiap permasalahan kesehatan yang terjadi (Supari, 2006)E. Tinjauan Umum Tentang Jarak Rumah Kader Pada daerah pedesaan yang masuk kategori terpencil atau terisolasi, hambatan yang dihadapi kader karena jauhnya jarak tempat tinggal dari lokasi pelaksanaan posyandu dan tidak tersedianya transportasi yang bisa digunakan pada hari buka posyandu (Naim, 2008)Salah satu syarat posyandu adalah sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan sendiri, namun hal ini seakan-akan hanya ditujukan untuk kelompok sasaran posyandu (bayi dan anak balita, ibu hamil, ibu nifas, menyusui dan wanita PUS) tanpa memperhatikan tenaga pelaksananya (kader). Padahal jarak lokasi posyandu dengan tempat tinggal kader merupakan salah satu pendorong agar kader ke tempat pelayanan dan melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pelaksana posyandu F. Tinjauan Umum Tentang Penghargaan Kader Sosial ekonomi merupakan salah satu aspek yang dapat menimbulkan masalah dalam bidang posyandu yaitu para kader dengan sosial ekonomi rendah sehingga berpengaruh pada partisipasinya dalam posyandu baik secara langsung maupun tidak langsung (Sciortino. 2000).Untuk memotivasi kader, Menkes mengingatkan agar hendaknya dikembangkan secara rasional atas dasar pertimbangan guna memenuhi kebutuhan kader. Bagaimanapun, kader juga manusia yang memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya (Depkes, 2006)Untuk menjadi seorang kader harus memiliki dedikasi yang tinggi dan bekerja tanpa pamrih, namun sebagai bagian dari upaya kepedulian terhadap kader sebaiknya setiap Kabupaten/Kabupaten memberikan penghargaan kepada kader untuk meningkatkan motivasi kerjanya dengan memberikan intensif yang sumber dananya dari alokasi bantuan desa/kelurahan dengan jumlah bervariasi disesuaikan kemampuan keuangan masing-masing. (suarakarya, 2008). Menurut Widodowati (2004), bila para kader mendapat reward (bukan selalu dalam bentuk materi, bisa dalam bentuk fasilitas), maka angka drop out bisa diperkecil. Oleh karena itu berbagai bentuk program yang berkaitan dengan system penghargaan perlu tetap digalakkan agar masyarakat yang terpilih tetap termotivasi untuk bertindak sebagai kader.
0 komentar:
Post a Comment