Sunday, 4 December 2011

KONSEPTUAL MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

PENDAHULUAN Penggunaan model membantu perawat dalam memberikan dasar untuk melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan , intervensi dan mengevaluasi keberhasilan asuhan yang diberikan. Model konsep keperawatan tidak hanya membantu perawat dalam memberikan arah sebuah studi tentang keperawatan tetapi juga memberikan suatu pemahaman tentang perhatian utama keperawatan yaitu : manusia, lingkungan, keperawatan dan kesehatan. Model memberikan keteraturan berpikir, mengoservasi, menginterpretasi sebuah fenomena dan mengarahkan dalam proses pemecahan masalah. Beberapa model konseptual dalam praktek asuhan keperawatan kesehatan jiwa antara lain : 1. Model Psikoanalisa 2. Model Interpersonal 3. Model Sosial 4. Model existensial 5. Model behavior 6. Model medical 7. Model komunikasi 8. Model keperawatan A. Model psikoanalisa Merupakan model yang pertama kali menyoroti tentang aspek perkembangan jiwa yang dikemukan oleh Sigmund Freud. Model ini juga disebut dengan model psikoseksual karena menyoroti perekembangan zone erotik. Ia sangat menekankan pentingnya tahun-tahun permulaan masa kanak-kanak dalam peletakan dasar-dasar pembentukan struktur kepribadian. Model Freud menyoroti tentang perkembangan psikoseksual, struktuk kepribadian, tofografi jiwa. Teorinya tentang perkembangan psikoseksual terjadai dalam beberapa fase yaitu : Fase Oral 0-18 bulan Ditandai dengan bayi mendapatkan kepuasan melalui mulutnya , juga merasa senang oleh karena belaian kasih dari ibunya. Rasa lapar mendorong bayi mengenal dunia luarnya melalui mulut.Menelan sesuatu berarti memberi rasa puas dan memuntahkan menunjukkan adanya ketegangan yang dialami. Ibu dikenal sebagai sumber makanan dan kenikmatan erotik yang diperoleh melalui menetek yang bagi bayi sebagai objek cinta yang pertama. Masa bayi masih sangat pasif dan tergantung pada Ibu. Komunikasi bayi pada saat mengalami ketegangan adalah menangis. Sehingga bila bayi menangis karena lapar atau kedinginan kemudian respon ibu dengan cepat meneteki dan mendekap dengan kasih sayang akan memberi kesan pada bayi bahwa diluar dari dirinya ada sesuatu yang dapat dipercaya, merupakan dasar pembentukan rasa percaya dikelak kemudian hari. Sebaliknya bila bayi dibiarkan lama mengalami ketegangan akan memberi kesan pada bayi bahwa diluar dirinya tidak dipercaya. Kalau terjadi kekecewaan pada fase ini dapat terjadi penyimpangan oral sadistic yang dimanifestasikan dalam bentuk seksual sadisme, misalnya suka memaki, bicara kotor, kepuasan sex didahului dengan tindakan sadis. Fase Anal , 18 bulan - 3 tahun Menunjukkan kesenangan mengeluarkan tinja dan kencing karena zone erotik berpusat pada anal. Tinja yang dikeluarkan bagi anak mempunyai kualitas ego dan dianggap merupakan bahagian dari dirnya. Sehingga cenderung memasukkan kembali kemulutnya, tinja sebagai objek cinta ambivalent. Paad fase ini anak biasanya dituntut untuk melepaskan salah satu aspek kebebasannya yaitu menyetujui ibunya untuk mengeluarkan tinja dan seni pada waktu dan tempat tertentu. Pengeluran tinja dan perilaku terhadapnya dipersepsi anak sebagai suatu tindakan sadis dan manusia dapat diperlakukan demikian, bila fase ini tidak terselesaikan dengan baik. Eelemen kedua yaitu penguasaan terhadap spinter dengan menunjukkan kuasanya terhadap ibunya dengan memberi atau tidak memberi tinjanya, penguasan spinter ini memberi perasaan kekuasaan social (omnipoten). Fase Falik , 3 tahun- 6 tahun Zone erotik berpusat pada alat kelamin. Fase ini dilalui dengan pergolakan pencairan objek cinta dan merupakan fase pemiliahn objek cinta kelak dikemudian hari Kompleks cinta Oedipus menunjukkan adanya hubungan cinta segita tiga antara ayah-ibu dan anak yang hangat . Anak laki-laki tertarik pada ibunya dan ayahnya dipandangnya sebagai saingan atau dia akan merasa terancam yang disebut dengan kompleks kastrasi. Anak perempuan merasa bahwa alat kelaminnya yang dimiliki lebih inferiror dibandingkan dengan anak laki-laki, kehilangan itu sangat dirasakan sebagai iri hati terhadap laki-laki yang disebut “ penis envy”, Ibunya yang mula-mula jadi objek cintanya ternyata juga demikian sehingga menambah kekecewaan dan menyalahkan ibunya dan ia berbalik pada ayahnya dengan harapan akan mendapatkan penis hal ini disebut “ kompleks electra” Oleh akrea itu Freud mengatakan anak sejak lahir dapat melakukan kegiatan erotik Fase Laten, 6 tahun – 12 tahun. Merupakan fase tenang Fase Genital 12 tahun – 18 tahun Alat kelamin mulai tumbuh dan berkembang dan dorongan seksual mucul lagi, anak mulai dengan persiapan terakhir untuk perasanan seksual dewasa.Selain naluri sebagai instink juga ada naluri ego yaitu nafsu untuk mempertahankan dirinya sendiri. Naluri agresi untuk menghancurkan dan naluri hidup dan mati diperkirakan mendasari instink seksual dan agresi. Instink mati agar kembali menjadi benda mati dan naluri hidup yaitu kecendrungan untuk bersatu, mengikat satu sama lain menjadi satu kesatuan yang lebih besar, misalnya seksual reproduksi. ¬Teori yang kedua tentang struktur kepribadian yang terdiri dari Id-Ego-Superego Id •Adalah aspek biologis, merupakan system orginal dalam dalam kepribadian •Disebut juga sebagai realitas psikis oleh karena ia merupakan dunia batin / subjektif manusia, tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia realitas/objektif. •Ia dibawa sejak lahir, dan merupakan reservoir energi psikis yang menggerakkan ego dan superego •Bila energi meningkat maka timbul ketegangan dan menyebabkan rasa tidak enak maka id tidak membiarkan dengan berusaha mereduksi energi itu untuk menghilangkan rasa tidak enak. •Pedoman ID dalam melaksanakan fungsinya adalah menghindari dari ketidakenakan dan mengejar keenakan.Tetapi cara ini tidak dapat memenuhi kebutuhan karena hanya membayangkan saja oleh karena itu perlu dunia realitas yang dilaksanakan oleh ego. Ego •Sebagai aspek psikologis •Timbul oleh karena kebutuhan organisme berhubungan dengan realitas. •Melaksanakan fungsinya dengan prinsip kenyataan, yang bereaksi dengan proses sekunder melalui berpikir realitas. Ego merencanakan jalan untuk memenuhi kebutuhan secara realistis. • Ia sebagai aspek eksekutif dari kepribadian oleh karena ego mengontrol jalan mana yang akan ditempuh untuk memilih cara untuk memenuhi kebutuhan. • Ego berfungsi untuk mempersatukan pertentangan antara Id dan superego dan dunia realitas. Juga sebagai derivat dari Id dan bekerja untuk memenuhi tuntutan id dengan menyesuaikan dengan lingkungan untuk kepentingan organisme. Superego •Sebagai aspek sosiologik dari kepribadian, ia merupakan aspek kesempurnaan kepribadian dan sebagai aspek moral. •Ia merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta ideal masyarakat •Dalam melaksanakan fungsinya superego menentukan sesuatu berdasarkan pertimbangan benar-salah,pantas-tidak,susila-asusila, sehingga dengan demikian pribadi bertindak sesuai dengan moral yang berlaku dimasyarakat •Ia adalah hasil internalisasi dimasa perkembangan yang merupakan respon terhadap hadiah atau hukuman dari orang tua/lingkungan melalui mekanisme introjeksi, sehingga anak yang dimasa perkembangannya sering mendapat pujian cendrung membentuk “ego ideal”, sebaliknya yang bersifat hukuman/celaan cenderung memberi rasa bersalah/berdosa “ego tidak ideal’ •Ia sebagai kontrol terhadap tingka lakunya, pada saat anak-anak tingka lakunya dikontrol oleh orang tua/pendidik (heteronom ) akan menjadi kontrol yang dilakukan oleh pribadinya (otonom) yang merupakan cirri kedewasaan. •Jadi superego berfungsi sebagai perintang impuls id terutama impuls seksual dan agresif yang tidak diterima oleh masyarakat, kedua mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang bersifat moral dibanding yang bersifat realistis, ketiga mengejar kesempurnaan dengan cenderung menentang id dan ego. Ketiga struktur kepribadian ini saling bekerja sama dalam keadaan seimbang membentuk suatu gambaran kepribadian. Teori yang ketiga tentang tofografi jiwa. Fungsi struktur kepribadian bekerja menghadapi lingkungan melalui dinamika yang kompleks yang dalam tofografi kepribadian terdiri dari jiwa yang terdiri dari alam tak sadar, prasadar dan tidak sadar.Terdapat 4 macam sumber ketegangan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian yaitu : 1.Proses pertumbuhan fisiologis 2.Frustasi 3.Konflik 4.Ancaman Oleh karena meningkatnya ketegangan akibat ke empat sumber tadi, maka individu terdorong untuk belajar cara-cara yang baru untuk mereduksi ketegangan, belajar cara-cara baru inilah yang disebut dengan perkembangan kepribadian. Dengan demikian terbentulkan kepribadian yang makin lama makin stabil, oleh karena telah memiliki bentuk kompromi antara dorongan instink id, ego dan superego. Pandangan model psikoseksual tentang penyimpangan perilaku . Pandangan tentang penyimpangan perilkau : Psikoanalisa berasumsi bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai.Hambatan yang menyebabkan tidak terpuaskannya tugas perkembangan pada setiap fase merupakan penyebab dari gangguan perilaku dikemudian hari. Gejala merupakan simbol dari konflik. Proses Therapi : Proses terapi memerlukan waktu yang lama . Terapis merupakan cermin sehingga dapat melihat dirinya melalui sikap/prilaku dari terapis. Terapi menggunakan transferens untuk memperbaiki pengamalan masa lalu, dan mengidentifikasi area masalah melalui interpretasi resintensi klien. Peran klien adalah mengungkapkan semua pikiran dan perasaan yang dialami serta mempertimbangkan interpretasi terafis. Terafi ini memerlukan waktu yang cukup lama , perawat tidak mungkin melakukan terafi ini yang penting kita pahami dan terapkan adalah tekhnik-tekhnik menjalin hubungan dengan klien dengan baik. B. Model Interpersonal Model ini diperkenalkan oleh Harry Stack Sullivan. Kemudian oleh H.Peplau mengembangkan Interpersonal Keperawatan. Asumsi Peyimpangan Prilaku : Perilaku berkembang dari hubungan interpersonal.Hubungan interpersonal dapat menentukan terjadinya penyimpangan prilaku.Model ini percaya bahwa perilaku berhubungan dengan konteks interpersonal.Ia sangat menekankan besarnya pengaruh perkembangan masa kanak-kanak terhadap kesehatan Jiwa Individu. Kecemasan pertama yang sungguh-sungguh sewaktu bayi merasakan kecemasan Ibu. Kecemasan ini di persepsi oleh anak sebagai penolakan dari orang dekat. Jika anak hanya menerima stimulus penolakan atau kecemasan atau kritikan, maka anak akan mengembangkan Self Sistem yang negatif. Menurut Sullivan “ Individu memandang orang lain sesuai dengan yang ada pada dirinya. Jadi individu yang memandang dirinya sebagai orang yang tidak dipercaya akan selalu curiga pada orang lain.Dalam mengamati perubahan-perubahan sosial mengembangkan Self Sistem, yang berkisar pada kepuasan dan ketidak puasan. Pengalaman hidup awal diinternalisasi (intrapsikis) kemudian menentukan Mental Health. Proses Terapi : • Explorasi riwayat kehidupan klien, bagaimana perkembangan klien untuk berhubungan dengan orang lain. • Mengembangkan hubungan saling percaya. • Reedukasi dengan mengoreksi dari pada pengalaman-pengalaman interpersonal Terapis menolong klien mengidentifikasi masalah-masalah hubungan interpersonal dan mendorong klien untuk mencoba cara-cara yang sukses dalam berhubungan dengan orang lain, melalui hubungan yang aktif dan sehat dengan klien. Syarat yang harus dipenuhi dalam proses terapi adalah dengan membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, dan menerima klien apa adanya tanpa kritik. • Perawat harus berprilaku seperti “Mama” yang disebut “Psikologikal Mothering” yaitu: 1) Klien diterima tanpa syarat sebagai partisipan dalam hubungan yang memuaskan dengan berbagai keinginannya. 2) Pengenalan & adanya respon kesiapan klien untuk tumbuh & berkembang yang dimulai dari klien sendiri. 3) Adanya kekuatan/daya dalam hubungan relationship yang pindah ke klien sehingga perawat dapat menunda kepuasannya dan menginvestasikan energi ke dalam usaha pencapaian tujuan yang baru. C. Model Sosial Pelopor model ini adalah Thomas Szasz dan Gerald Caplan.Model ini bergerak diluar dari individu dan memasukkan pertimbangan dari lingkungan sosial yang mempunyai dampak pada individu dan pengalaman hidupnya. Pandangan tentang penyimpangan Perilaku Model ini berpendapat bahwa kondisi Sosiallah yang paling bertanggung jawab terhadap penyimpangan prilaku. Penyimpangan ini ditentukan secara kultur. T.Szasz tentang “Mitos Gangguan Jiwa” meyakini bahwa masyarakat harus menemukan suatu cara untuk mengimage apa yang disebut “Undersirable” sesuatu yang tidak diinginkan, yang diberi Label Gangguan Jiwa. Yaitu individu yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma sosial baik karena tidak mampu atau menolak menselaraskan dirinya atau prilakunya dengan norma sosial. Akibat dari Label ini individu akan terbuang dari masyarakat. Masyarakat merampas kebebasan orang lain dengan memberikan stigma “gangguan Jiwa, menurutnya gangguan jiwa itu tidak ada yang ada adalah hilangnya pengendalian diri. Caplan meyakini bahwa sistim sosial dapat mempredisposisikan seseorang terhadap gangguan jiwa. Misalnya kemiskinan, ketidakstabilan keluarga, ketidakcukupan pendidikan, sehingga orang dengan kondisi tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas untuk mengatasi stress. Oleh sebab itu dia mengembangkan upaya preventif agar seseorang tidak disebut sakit jiwa. Proses Terapi : 1.Preventif Primer 2.Kesehatan Jiwa masyarakat (sosioterapi) 3.Crisis Intervensi D. Model Existensial Dikemukakan oleh Peris,Glasser,Ellis,Roger,Frankl.Tiori ini sangat dipengaruhi oleh filsafat (sekuler dan religuis) Tiori ini berfokus pada pengalaman ini individu saat ini dan disini (Past- Present - Future ). Asumsi tentang penyimpangan perilaku Penyimpangan prilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Keterasingan akan terjadi karena hambatan atau larangan pada diri individu.Sebagai akibatnya dia tidak bebas memilih diantara perilaku alternatif dan dapat merupakan cara untuk menghindari perilaku yang lebih diterima masyarakat. Seseorang yang mengalami pengasingan dari drinya sendiri mengalami perasaan tidak ada,tidak tertolongkan, merasa putus asa, sedih, sepi, kurangnya kesadaran diri yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Klien sudah kehilangan atau tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada existensinya. Proses terapi : •Rasional-emotif terapi Adalah terafi yang berorientasi pada : aktif,directif dan kognitif. Konfrontasi digunakan agar klien bertanggung jawab terhadap prilakunya. Klien didorong menerima dirinya bagaimana adanya, bukan karena apa yang akan dilakukannya/diingininya . Melalui terafi klien akan belajar menerima resiko dan mencoba perilaku yang baru yang lebih adaptif. •Terapi Logo Yaitu terapi orientasi masa depan.Klien dikonfrontasikan kepada pencairan makna dari hidupnya “logos” yang merupakan kekuatan hidup. Karena tanpa adanya “logos” lagi hidupnya akan kosong sehingga kegiatan hidupnya menjadi pasif secara ekstensial.. Tujuan terafi ini adalah menolong klien menjadi sadar terhadap tanggung jawabnya dalam arti hakekatnya, sehingga dapat membimbing perilakunya sendiri denga kembali menemukan makna dari kehidupannya. •Terapi Realitas Klien dibantu untuk menyadari target kehidupannya dan cara untuk mencapainya. Klien disadarkan akan alternatif yang tersedia. E. Model Komunikasi Dikemukakan oleh Eric Berne, Watzlawick. Menurutnya komunikasi membedakan manusia dari organisme lain.Semua perilaku mengkumunikasikan sesuatu. Mengerti arti perilaku tergantung dari kejelasan komunikasi antara pengirim & penerima pesan Asumsi dasar : Penyimpangan perilaku terjadi jika pesan yang disampaikan tidak jelas. Peyimpangan menyangkut komunikasi verbal dan nonverbal. Proses terapi: •Memberi feed-back dan klarifikasi masalah •Memberi reinforcement untuk komunikasi efektif •memberi alternatif korektif untuk komunikasi efektif •Melakukan analisa proses interaksi (API) Komunikasi berjalan efektif bila arus komunikasi terjadi secara komplementer searah dan selaras sehingga komunikasi dapat berjalan lama tanpa adanya hambatan. F. Model Behavior Dikembangkan oleh H.J Eysenck, J Wolpe dan B.F Skinner dan Pavlov. Dikembangkan dari Learning Theorities). Model ini berfokus pada prilaku klien bukan pada pikiran & perasaannya. Diyakininya bahwa perubahan perilaku akan merubah kognitif dan afektif. Asumsi dasar : • Semua prilaku dipelajari, penyimpangan dipandang sebagai respon habitual yang dapat dimodifikasi dengan menggunakan tiori belajar. • Belajar terjadi bila ada stimulus dan timbul respon . • Reinforcenment memungkinkan pengulangan prilaku. Proses Terapi : •Desensitisasi •Tekhnik relaksasi •Asertif Training •Positif reinforcement •Self regulasi Desensitisasi dan relaksasi sering digunakan bersama-sama. Klien dapat mengalami cemas dari yang ringan sampai berat selama mempraktekkan tekhnik ini olehnya dilakukan secara bertahap. Asertif Training adalah belajar menggunakan kemampuan berdiri pada kekuatan dan hak sendiri tanpa menyakiti diri orang lain dan lingkungan. Positif reinfrocement dipakai untuk mendorong penerimaan prilaku sosial khususnya klien kronik. Penguatan/reinforcement diberikan bila klien mendemonstrasikan prilaku yang diharapkan sehingga termotivasi untuk mengulangi perilaku tersebut. Self regulasi , langkah-langkahnya : •Self Standart Keterampilan •Self Observasi •Self evaluasi •Self reinforcement G. Medical-Model Dikemukakan oleh Meyer, Kreplin,Spitzer dan Frances. Berfokus pada diagnosa penyakit dan pengobatan didasarkan pada diagnosa. Mengeksplorasi penyebab gangguan jiwa secara ilmiah. Asumsi Dasar : Banyak pendapat medical-model bahwa penyimpangan perilaku merupakan manifestasi dari gangguan SSP. Dicurigai bahwa defresi dan Skisophrenia dipengaruhi oleh transmisi impuls neural serta gangguan neurotransmitter yaitu sistem biokimia. Faktor lingkungan dan sosial merupakan faktor presipitasi. Proses terapi Model terepi dirujuk dari hubungan Dokter-Klien dengan membentuk hubungan saling percaya dan mengikuti program pengobatan Psikofarmaka Jangka panjang-pendek Terapi suportif Insight-oriented terapi yaitu belajar metode mengatasi stressor. H. Nursing-Model Model ini masih dalam proses perkembangan, belum ada tiori yang diterima secara universal. Merupakan “ Tiori General System ” yang menggunakan pendekatan Holistik (Bio-psiko-sosial). Saat ini ilmu pengetahuan keperawatan terus berkembang dengan mulainya banyak dilakukakan riset dalam bidang keperawatan untuk menjawab berbagai fenomena dalam keperawatan khususnya menjawab pertanyaan dalam tatanan klinik, dengan meningkatkan existensi sebagai suatu disiplin ilmu dan profesi yang mandiri. Asumsi dasar : Asuhan keperawatan berfokus pada respon individu terhadap masalah actual & potensial. Fokus pada : 1. Rentang respon sehat-sakit (Adaptif-Maladaptif) 2. Tiori dasar keperawatan 3. Tindakan keperawatan 4. Dampak atau hasil tindakan /evaluasi hasil tindakan. Proses Terapi Proses keperawatan : pengkajian-diagnosa-perencanaan-tindakan-evaluatif Terapi keperawatan : terapi modalitas. PENUTUP Pengenalan tentang model konseptual asuhan keperawatan kesehatan jiwa akan membantu perawat dalam memahami berbagai pandangan tentang penyebab penyimpangan perilaku dan proses terapi. Keperawatan sebagai ilmu hasil sintesa dari berbagai disiplin ilmu maka pemahaman tentang berbagai pendekatan teori khususnya tentang penyimpangan perilaku akan lebih memperkaya body pengetahuan keperawatan. Tentunya dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat tetap akan menerapkan konsep model tentang penyimpangan perilaku dengan pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses asuhan Keperawatan DAFTAR RUJUKAN Budi Anna Keliat, 1998, Konsep Perawatan Kesehatan Jiwa, Makalah Lepas. Stuart , G.W, and Sundeen, S.J, 1987, Principles and Practise of Psychiatric Nursing 3 ed, St. Louis C.V Mosby Company. Syauki, dr,Sp.J, Kumpulan Kuliah Perawatan Mental Psikiatri, D.IV Perawat Pendidik FK-Unhas, 1999

0 komentar:

Post a Comment